Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, 9 September 1976 adalah hari kematian Mao Zedong. Dia merupakan negarawan sekaligus presiden Tiongkok. Mao hidup di zaman ketika Cina masih merintis dalam usia setengah abad sebagai negara yang sedang berevolusi. Dia memang tak banyak berperan dalam seluruh perjuangan pembangunan ekonomi dan perubahan sosial Tiongkok. Tetapi Mao dikenang sebagai pendiri China baru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Mengutip laman Britannica, Mao lahir di tengah keluarga petani di desa Shaoshan, Provinsi Hunan, China. Dia tumbuh di lingkungan di mana pendidikan dihargai hanya sebagai pelatihan untuk membuat catatan dan akuntansi. Sejak usia delapan tahun, ia bersekolah di sekolah dasar desa asalnya. Di sana Mao memperoleh pengetahuan dasar tentang Wujing (Klasik Konfusianisme).
Kisah Mao Zedong Bapak Pendiri China Baru
Namun saat usianya menginjak 13 tahun, Mao Zedong terpaksa mulai bekerja penuh waktu di pertanian keluarganya. Melawan otoritas sang ayah, dia kemudian meninggalkan keluarganya untuk belajar di sekolah dasar yang lebih tinggi di daerah tetangga. Mao juga melanjutkan pendidikan sekolah menengah di ibukota provinsi, Changsha. Di sanalah dia berhubungan dengan ide-ide baru dari Barat, yang dirumuskan oleh para reformis politik dan budaya seperti Liang Qichao dan revolusioner nasionalis Sun Yat-sen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pada 10 Oktober 1911, pertempuran melawan dinasti Qing pecah di Wuchang, dan dalam waktu dua minggu pemberontakan telah menyebar ke Changsha. Mao kemudian mendaftar di unit pasukan revolusioner di Hunan. Dia menghabiskan enam bulan sebagai seorang prajurit. Pengalamannya sebagai prajurit inilah yang kemudian hari melatarbelakangi gagasan Mao, yakni apa ia sebut sebagai “Kekuatan politik tumbuh dari laras senjata”.
Mao menjadi bagian dari pendiri Partai Komunis Tiongkok dan memimpin Pemberontakan Panen Musim Gugur pada 1927. Pemberontakan imi menyebabkan Perang Saudara Tiongkok antara Kuomintang dan Partai Komunis pecah. Selama Perang Tiongkok-Jepang pada 1937–1945, Partai Komunis untuk sementara bersekutu dengan Kuomintang di bawah Front Persatuan Kedua. Namun perang saudara Tiongkok berlanjut setelah Jepang menyerah. Pasukan Mao mengalahkan pemerintah Nasionalis, yang mundur ke Taiwan pada 1949.
Mengutip jurnal Focus on Asian Studies dalam afe.easia.columbia.edu, setelah berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada 1949, Mao berperan atas banyak inisiatif politik yang mengubah wajah Tiongkok. Termasuk di antaranya reformasi tanah, kolektivisasi pertanian, dan penyebaran layanan medis. Secara khusus, pemimpin revolusi ini tetap waspada terhadap apa yang dilihatnya sebagai bentuk penindasan baru dan peka terhadap kepentingan kaum tertindas.
Mengutip laman thoughtco.com sepanjang tahun 1970-an, kesehatan Mao terus memburuk. Dia diduga menderita penyakit Parkinson atau ALS (penyakit Lou Gehrig), selain masalah jantung dan paru-paru yang disebabkan oleh merokok seumur hidup. Pada Juli 1976 ketika China dalam krisis karena gempa bumi Tangshan yang hebat, Mao yang berusia 82 tahun saat itu berbaring di ranjang rumah sakit di Beijing.
Dia menderita dua serangan jantung pada awal September, dan meninggal 9 September 1976, setelah alat bantu pernapasannya dilepas. Mao Zedong dikenang sebagai “Bapak Pendiri China Baru,” dan berperan dalam pemberontakan abad ke-21. Di sisi lain, kepemimpinannya menyebabkan lebih banyak kematian di antara rakyatnya sendiri daripada Joseph Stalin atau Adolf Hitler.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.