Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pemilik perusahaan teknologi informasi Rusia, Vladislav Klyushin, tiba-tiba menjadi perhatian di Amerika Serikat. Setelah berhasil mengektradisinya dari Swiss, penegak hukum di sana masih belum bisa memutuskan apakah dia bisa menjadi tahanan rumah dengan jaminan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Jaksa minta hakim menolak permohonan penangguhan penahanan Klyushin yang dituduh melakukan insider trading dengan meretas data perusahaan, demikian dilaporkan Reuters, Kamis, 23 Desember 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dengan jaminan 2,5 juta dolar dan menjadi tahanan rumah di sebuah apartemen di Boston, jaksa yakin tersangka dapat menggunakan kekayaan dan koneksi Kremlinnya untuk melarikan diri dari Amerika Serikat.
Dalam sidang di depan Hakim Marianne Bowler, Asisten Jaksa AS Seth Kosto berpendapat bahwa jaminan uang tunai dan sebuah apartemen di London, adalah sesuatu yang Klyushin "dapat dengan mudah meninggalkannya." Hakim Bowler tidak segera memutuskan.
Berapa kekayaan Klyushin yang sebenarnya tidak diketahui. Menurut Kosto, dia memiliki kapal pesiar senilai 4 juta dolar, brankas berisi $3 juta tunai dan disebutkan dalam akun perdagangan Denmark ada dana 8,9 juta dolar telah ditransfer di rekeningnya selama 18 bulan.
Jaksa mengatakan akun itu digunakan oleh Klyushin dan kelompoknya sambil menghasilkan 82,5 juta dolar dengan meretas jaringan vendor yang membantu perusahaan mengajukan laporan dengan regulator sekuritas.
Kosto menambahkan bahwa Klyushin, 41 tahun, "bukan sembarang warga negara Rusia."
Dia mengatakan Klyushin menerima medali kehormatan bertanda tangan Presiden Rusia Vladimir Putin dan bahwa perusahaannya, M-13, mempekerjakan seorang mantan perwira intelijen militer yang terlibat dalam peretasan tersebut.
Kosto mengacu pada Ivan Yermakov, yang dicari oleh pemerintah AS pada 2018 dengan tuduhan dia dan petugas intelijen lainnya melakukan skema peretasan untuk ikut campur dalam pemilihan presiden 2016 dan menargetkan lembaga anti-doping.
"Itu menunjukkan (Klyushin) memiliki koneksi yang memudahkan kepergiannya," kata Kosto.
Pengacara Klyushin, Maksim Nemtsev, membantah bahwa banyak aset kliennya telah dibekukan dan dia tidak berniat melarikan diri.
"Dia dituduh melakukan kejahatan yang sepenuhnya ingin dia bela," kata Nemtsev.
Nemtsev dalam email mengatakan Klyushin bermaksud untuk menyatakan tidak bersalah pada sidang berikutnya pada 3 Januari 2022.
Berikutnya: Kasus politis
Menurut laporan Daily Mail, 20 Desember 2021, Klyushin diekstradisi pada Sabtu lalu dari Swiss, di mana dia ditangkap pada bulan Maret saat bersama keluarnya sedang berlibur. Pengacaranya menyebut kasus itu dengan dalih bermotif politik untuk mengamankan ekstradisinya.
Tim hukumnya mengatakan alasan sebenarnya dari permintaan ekstradisi adalah pekerjaan dan kontaknya di dalam pemerintah Rusia yang memberinya akses ke informasi keamanan.
Mereka mengatakan dia berada di bawah pengawasan jaksa AS karena mereka menuduh salah satu rekan kerjanya meretas file Partai Demokrat dan kandidat presidennya Hillary Clinton untuk membantu mempengaruhi pemilihan 2016.
Salah satu karyawannya di perusahaan M-13, Ivan Yermakov, termasuk di antara 12 perwira intelijen militer Rusia yang dituduh pada 2018 dengan pelanggaran peretasan terkait dengan pemilihan presiden di AS.
Yermakov didakwa bersama Klyushin dalam pengaduan pidana Maret 2021 yang dibuka pada hari Senin. Juga didakwa dalam pengaduan adalah Nikolai Rumiantcev, 33, dari Moskow.
Mereka didakwa peretasan, penipuan sekuritas dan konspirasi, dan menghadapi hukuman 20 tahun penjara jika terbukti bersalah.
Mikhail Vladimirovich Irzak, 43, dan Igor Sergeevich Sladkov, 42, keduanya dari St. Petersburg, Rusia, juga didakwa di Distrik Massachusetts sebagai bagian dari skema tersebut.
Ermakov, Rumiantcev, Irzak dan Sladkov masih buron dan diyakini saat ini berada di Rusia.