Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mengejutkan, Kubu Sayap Kiri Prancis Kalahkan Partai Sayap Kanan Marine Le Pen dalam Pemilu Putaran Kedua

Jajak pendapat menunjukkan Front Popular Baru yang berhaluan kiri mengalahkan partai sayap kanan Marine Le Pen dalam pemilu Prancis.

8 Juli 2024 | 04.50 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seorang wanita berjalan melewati papan pemilu dengan poster kampanye partai sayap kanan Rassemblement National (Reli Nasional - RN) Perancis dengan wajah pemimpin RN Marine Le Pen dan Presiden RN Jordan Bardella pada malam putaran pertama awal parlemen Perancis pemilu, di Henin-Beaumont, Prancis, 29 Juni 2024. REUTERS/Yves Herman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Hasil pemilihan umum parlemen Prancis putaran kedua diperkirakan akan mengejutkan. Hasil jajak pendapat hingga Minggu malam, 7 Juli 2024 menunjukkan bahwa Front Popular Baru (NFP)mengalahkan National Rally (RN), partai sayap kanan pimpinan Marine Le Pen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jean-Luc Mélenchon, pemimpin partai La France Insoumise (LFI), anggota koalisi Front Populer Baru, mengatakan bahwa proyeksi jajak pendapat pemilu ini menunjukkan bahwa warga Prancis telah “meletakkan kepercayaan mereka” kepada koalisi. “Kami siap memerintah. Kami adalah satu-satunya alternatif yang koheren, yang menunjukkan solidaritas, dan mempunyai program yang terorganisasi dengan jelas,” katanya, seperti dikutip Al Jazeera.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Adapun Marine Le Pen menyebut kekalahan partainya sebagai kemenangan yang tertunda. “Air pasang sedang naik. Kali ini kenaikannya tidak cukup tinggi, namun terus meningkat dan, akibatnya, kemenangan kita hanya tertunda,” katanya.

Tak ada satu pun jajak pendapat sebelumnya yang memperkirakan kemenangan Front Popular Baru.

Berdasarkan jajak pendapat mutakhir pada Senin, 8 Juli 2024 pukul 02.00 dinihari waktu Indonesia, Front Popular Baru, koalisi lima partai yang berhaluan kiri, memenangi 171 hingga 187 kursi dari total 577 kursi Majelis Nasional, parlemen negeri itu. Partai atau koalisi partai membutuhkan setidaknya 289 kursi untuk dapat mencapai mayoritas absolut di parlemen dan memimpin Prancis.

Aliansi Ensemble yang berhaluan sentris pimpinan Presiden Emmanuel Macron diproyeksikan menjadi partai terbesar kedua dengan meraih 152 hingga 163 kursi. Jumlah kursi ini melampaui perkiraan sebelumnya.

Partai National Rally pimpinan Marine Le Pen berada di urutan ketiga dengan proyeksi perolehan 134 hingga 152 kursi. Marie-Caroline Le Pen, saudara perempuan Marine Le Pen, dilaporkan kalah dari kandidat New Popular Front, Élise Leboucher, untuk daerah pemilihan Sarthe utara.

Perkembangan ini mengejutkan karena National Rally telah memenangi hampir 34 persen suara pada pemilihan umum putaran pertama pada 30 Juni 2024 lalu, yang diikuti oleh Front Populer Baru dengan sekitar 29 persen suara dan Ensemble dengan sekitar 20,5 persen suara.

Banyak analis politik yang memperkirakan kemenangan National Rally pada pemilihan putaran kedua. Namun, perolehan suara partai itu kemungkinan terhambat setelah ratusan calon legislator berhaluan tengah dan kiri mundur dari pemilihan putaran kedua untuk menghalangi partai sayap kanan itu.

Meskipun Front Popular Baru unggul, partai itu belum menguasai parlemen dan akan menghasilkan “pemerintahan yang menggantung”. Kondisi ini membuat belum jelas partai mana yang nanti akan memimpin Prancis dan siapa yang akan mengambil alih jabatan perdana menteri.

Perdana Menteri Prancis Gabriel Attal mengatakan akan mengundurkan diri pada Senin pagi, 8 Juli 2024 setelah proyeksi hasil pemilu dirilis. Dia tidak ingin melihat bangsanya terpecah menjadi tiga blok. “Mulai besok (Senin) kita harus berupaya mencapai kesepakatan politik baru yang akan melibatkan seluruh rakyat Prancis dengan nilai-nilai yang jelas dan menjamin persatuan dan tidak pernah menyerah dalam menghadapi perpecahan,” katanya, seperti dikutip CNN.

 

Iwan Kurniawan

Iwan Kurniawan

Kini meliput isu internasional. Sebelumnya menulis berbagai topik, termasuk politik, sains, dan seni. Pengasuh rubrik Pendapat dan kurator sastra di Koran Tempo serta co-founder Yayasan Mutimedia Sastra. Menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (Kemitraan Partnership, 2020). Lulusan Filsafat Universitas Gadjah Mada.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus