Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Parlemen Thailand resmi menunjuk politikus pemula Paetongtarn Shinawatra sebagai perdana menteri Thailand ke-31 pada Jumat, 16 Agustus 2024. Putri berusia 37 tahun dari tokoh politik terkemuka Thaksin Shinawatra itu, tercatat sebagai perdana menteri termuda dalam sejarah Thailand.
Paetongtarn mendapatkan dukungan 51 persen dalam pemungutan suara di parlemen, hanya dua hari setelah sekutunya dalam Partai Pheu Thai, Srettha Thavisin, dipecat sebagai perdana menteri oleh Mahkamah Konstitusi Thailand dengan suara 5 banding 4.
Pengadilan tersebut menyatakan dalam sebuah putusan pada Rabu, 14 Agustus 2024 bahwa Srettha tidak memiliki integritas untuk menduduki jabatan perdana menteri karena mengangkat Pichit Cheunban sebagai menteri meski ia pernah menjalani hukuman penjara.
Pada pekan sebelumnya, pengadilan yang sama membubarkan Partai Move Forward (MFP) setelah memutuskan bahwa upaya partai tersebut untuk merombak undang-undang anti-penghinaan terhadap kerajaan berisiko merusak monarki konstitusional.
Paetongtarn sendiri berasal dari keluarga politikus dan miliarder Shinawatra, yang mengalami kekalahan dalam pemilu pertamanya dalam lebih dari dua dekade tahun lalu, dan terpaksa bersekutu dengan musuh bebuyutannya di militer untuk membentuk pemerintahan.
Sebagai perdana menteri selanjutnya, Paetongtarn akan segera menghadapi tantangan di berbagai bidang, dengan ekonomi yang terpuruk dan popularitas Partai Pheu Thai yang merosot sebab belum melaksanakan program andalannya yakni skema bantuan rumah tangga senilai 10 ribu baht untuk masing-masing 50 juta warga Thailand.
Ketua Partai Pheu Thai itu tidak pernah menjabat di pemerintahan sebelumnya, dan akan menjadi perdana menteri perempuan kedua Thailand setelah bibinya, Yingluck Shinawatra. Ia juga akan menjadi anggota keluarga Shinawatra ketiga yang menduduki kursi perdana menteri setelah ayahnya yang berusia 75 tahun, Thaksin, dan Yingluck.
Dipecatnya Srettha sebagai perdana menteri ketika belum genap menjabat selama setahun menjadi gambaran tantangan yang akan dihadapi Paetongtarn, yaitu Thailand yang telah berulang kali mengalami kudeta dan pembubaran partai politik serta pemerintahan dan perdana menteri melalui putusan pengadilan.
Dengan perkembangan terbaru ini, Paetongtarn telah terekspos pada pertempuran politik dalam negeri yang menyebabkan ayah dan bibinya, Thaksin dan Yingluck, melarikan diri ke luar negeri untuk menghindari penjara setelah pemerintahan mereka digulingkan oleh militer.
REUTERS | THE NATION
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pilihan editor: Korban Tewas dalam Perang Gaza Tembus 40 Ribu Jiwa
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini