Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Thailand Larang Masuk Sampah Elektronik

Ada 432 jenis sampah elektronik yang dilarang masuk ke Thailand.

16 Agustus 2018 | 18.00 WIB

Seorang pekerja mendistribusikan tumpukan barang bekas elekronik yang akan didaur ulang di kota Guiyu, Cina, 10 Juni 2015. Cina sekarang memproduksi 6,1 juta metrik ton sampah elektronik setahunnya, kedua setelah Amerika Serikat dengan 7,2 ton. REUTERS/Tyrone Siu
material-symbols:fullscreenPerbesar
Seorang pekerja mendistribusikan tumpukan barang bekas elekronik yang akan didaur ulang di kota Guiyu, Cina, 10 Juni 2015. Cina sekarang memproduksi 6,1 juta metrik ton sampah elektronik setahunnya, kedua setelah Amerika Serikat dengan 7,2 ton. REUTERS/Tyrone Siu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Thailand memberlakukan larangan masuk sampah elektronik dari luar negeri. Ada 432 jenis sampah elektronik, mulai dari papan sirkuit elektronik, televisi lama hingga suku cadang radio yang dilarang masuk.

Kementerian Lingkungan Hidup Thailand menjelaskan kepada Reuters pada Rabu, 15 April 2018, larangan pembuangan 432 jenis sampah elektronik ke Thailand akan berlaku dalam waktu enam bulan terhitung mulai Kamis 16 Agustus 2018.

Baca: Kemana Sampah Elektronik Berakhir?  

"Pertemuan kemarin menghasilkan resolusi untuk memastikan penghentian impor 432 jenis limbah elektronik yang diberlakukan dalam waktu enam bulan," kata pejabat yang menolak disebutkan namanya karena dia tidak berwenang untuk berbicara kepada media.

Mongukol Pruekwatana, direktur jenderal departemen pekerjaan industri Thailand akan mengumumkan daftar lengkap barang terlarang itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Sampah jenis E-waste , umumnya perangkat yang mengandung bahan tambang seperti emas, perak dan tembaga masih dibolehkan masuk. Namun, perangkat lainnya juga dapat mencakup bahan berbahaya seperti timbal, merkuri dan kadmium. 

Baca: 1,2 Juta Ton Sampah Mencemari Laut Indonesia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menteri Lingkungan Hidup Thailand, Surasak Kanchanarat mengatakan, impor beberapa peralatan elektronik dan perangkat bekas tetap akan diizinkan asal barang-barang tersebut dapat diperbaiki dan digunakan kembali.

"Scrap metal, termasuk aluminium, tembaga dan baja, masih bisa diimpor untuk keperluan industri, tetapi harus dipisahkan di negara asal dan dibersihkan," katanya.

Kematian seekor paus pada Juni lalu menjadi perhatian publik karena ada sekitar 80 keping sampah plastik yang ditemukan dalam perutnya. Insiden ini kemudian menjadi fokus perhatian atas "kecanduan" Thailand terhadap kantong dan kemasan plastik.

Baca: Negara Berkembang Hasilkan Sampah Elektronik Terbanyak

Thailadn juga segera memberlakukan larangan impor sampah plastik dua tahun ke depan, namun tidak diberitahu tanggal pastinya. 

Mengurangi penggunaan kantong plastik dan botol di instansi pemerintah dan bisnis serta larangan sampah plastik di daerah tujuan wisata termasuk upaya pemerintah Thailand dalam meningkatkan infrastruktur pengelolaan limbah negara pada tahun 2021. Pajak atas tas plastik juga telah disebutkan bersama dengan target untuk mendaur ulang hingga 60 persen plastik pada tahun 2021, mengutip laporan Channel News Asia.

REUTERS | CHANNEL NEWS ASIA | ALISHA ULFAH FIRDIANI

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus