Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 dunia kemarin diawali dari Israel yang menghentikan semua bantuan kemanusiaan ke Gaza. Penghentian bantuan disebabkan karena Hamas menolak perpanjangan kesepakatan gencatan senjata tahap pertama.
Berita lainnya dari top 3 dunia adalah Presiden AS Donald Trump menghentikan bantuan militer ke Ukraina setelah berdebat panas dengan Presiden Volodymyr Zelensky. Berita lainnya Jerman menolak demiliterisasi di Ukraina. Berikut berita selengkapnya:
Israel akan menghentikan masuknya seluruh bantuan kemanusiaan ke Gaza dengan alasan Hamas menolak memperpanjang kesepakatan gencatan senjata tahap pertama. Gencatan senjata itu dimediasi oleh Amerika Serikat, Qatar dan Mesir yang berakhir pada Sabtu, 1 Maret 2025.
Kantor Perdana Menteri Israel mengunggah di X pada Minggu, 2 Maret 2025, perihal penghentian sementara masuknya bantuan kemanusiaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Dengan berakhirnya kesepakatan gencatan senjata tahap 1 dan sejalan dengan penolakan hamas untuk menerima kerangka kerja Witkoff untuk melanjutkan perundingan yang sudah disepakati Israel, maka Perdana Menteri memutuskan mulai Pagi ini, seluruh bantuan kemanusiaan tidak boleh ada yang masuk Jalur Gaza,” demikian bunyi pernyataan kantor perdana menteri Israel, seperti dikutip dari CNN dan Russia Today.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Stasiun televisi Kan mewartakan Israel sangat yakin bantuan sudah cukup masuk ke Jalur Gaza dalam beberapa bulan terakhir. Witkoff adalah sebuah kerangka kerja yang disorongkan oleh utusan Amerika Serikat Steve Wikoff, yang mana gencatan senjata harus diperpanjang selama bulan Ramadan dan libur Paskah yang berlangsung sepanjang April.
Simak di sini selengkapnya.
2. Trump Setop Semua Bantuan Militer ke Ukraina Usai Usir Zelensky
Presiden AS Donald Trump menghentikan bantuan militer ke Ukraina usai bertikai dengan Presiden Volodymyr Zelensky pekan lalu. "Presiden Trump telah menegaskan bahwa ia berfokus pada perdamaian. Kami ingin mitra kami juga berkomitmen pada tujuan itu. Kami sedang menghentikan sementara dan meninjau kembali bantuan untuk memastikan bahwa bantuan tersebut berkontribusi pada solusi," kata seorang pejabat Gedung Putih yang dikutip dari Reuters.
Gedung Putih belum memberikan komentar langsung mengenai jumlah bantuan yang dihentikan. Pentagon juga tidak memberikan rincian lebih lanjut. Begitu pula dengan kantor Zelensky dan Kedutaan Besar Ukraina di AS, keduanya masih bungkam.
Penghentian bantuan dilakukan setelah Trump mengubah kebijakan AS terhadap Ukraina dan Rusia setelah ia dilantik pada Januari lalu. Trump mengambil sikap yang lebih lunak terhadap Moskow.
Pekan lalu saat bertemu Zelensky, Trump mengkritiknya karena tidak cukup berterima kasih atas dukungan Washington dalam perang dengan Rusia. Pada Senin, Trump kembali mengatakan Zelensky seharusnya lebih menghargai dukungan Amerika. Trump sebelumnya menanggapi dengan marah laporan Associated Press yang mengutip pernyataan Zelensky bahwa akhir perang masih sangat jauh.
Baca di sini selanjutnya.
3. Jerman Tolak Usulan Rusia soal Demilitarisasi Ukraina
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengklaim keamanan Eropa harus berpusat pada Ukraina yang kuat. Scholz menolak sikap Rusia agar negara tetangganya itu didemiliterisasi.
Ucapan Scholz itu disampaikan setelah Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengumumkan sejumlah rencana koalisi baru antar negara yang ingin meningkatkan dukungan ke Kyev melawan Moskow.
Starmer menjadi tuan rumah sebuah rapat darurat di London pada Minggu, 2 Maret 2025. Dalam kesempatan itu, Starmer mengakui Kyev memiliki sejumlah pendukung terbatas, yang mampu bertindak dalam kondisi darurat. Dia tidak secara gamblang menyebut apakah Berlin akan mengerahkan tentara ke Ukraina, namun hanya menekankan akan terus mendanai dan memberikan dukungan militer ke Ukraina.
“Sudah cukup jelas kami harus mendukung Ukraina secara pendanaan dan militer,” kata Scholz, seperti dikutip dari RT.com.
Menurut catatan Kiel Institute di Jerman, Berlin telah mengumpulkan total 44 miliar euro (Rp 750 triliun) untuk Kyev. Jerman adalah negara pendonor terbesar kedua untuk Ukraina. Jerman diperkirakan telah menggelontorkan dana sekitar US$ 18 miliar (Rp 293 triliun) dalam bentuk bantuan milier dan bantuan jenis lainnya.
Simak selanjutnya di sini.