Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Warga Korea Selatan Berunjuk Rasa di Tengah Salju, Dukung dan Tolak Yoon Suk Yeol

Penduduk Korea Selatan dari dua kubu berbeda berunjuk rasa menolak dan mendesak penangkapan Presiden Yoon Suk Yeol.

5 Januari 2025 | 17.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pengunjuk rasa pro-Yoon menghadiri unjuk rasa untuk mendukung Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol yang dimakzulkan di dekat kediaman resminya pada hari bersalju, di Seoul, Korea Selatan, 5 Januari 2025. REUTERS/Tyrone Siu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan warga Korea Selatan menerjang badai salju pada hari Minggu, 5 Januari 2025. Mereka berunjuk rasa untuk menentang atau pun mendukung penangkapan Presiden Yoon Suk Yeol.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilansir dari Channel News Asia, ribuan orang kembali mendatangi kediamannya pada hari Minggu, meskipun kota Seoul diselimuti salju tebal. Satu kubu menuntut penangkapan Yoon sementara kubu lain menyerukan agar pemakzulannya dinyatakan tidak sah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Salju bukan masalah bagi saya. Mereka bisa membawa semua salju dan kami akan tetap di sini," kata pengunjuk rasa anti-Yoon Lee Jin-ah, 28 tahun, yang sebelumnya bekerja di kedai kopi.

"Saya berhenti dari pekerjaan saya untuk melindungi negara dan demokrasi kita," katanya. Ia menambahkan bahwa dia berkemah di luar kediamannya semalaman.

Dari kubu lainnya, Park Young-chul, berusia 70-an, mengatakan badai salju tidak akan menghalanginya untuk mendukung Yoon Suk Yeol. "Saya melewati masa perang dan suhu minus 20 derajat di tengah salju untuk melawan kaum komunis. Salju ini tidak ada apa-apanya. Perang kita terjadi lagi," katanya.

Aksi unjuk rasa di udara dingin itu terjadi setelah Yoon Suk Yeol minggu ini mengatakan bahwa ia sedang menonton protes yang mendukung pemerintahannya melalui siaran langsung YouTube. Ia berjanji untuk melawan mereka yang mencoba mempertanyakan perebutan kekuasaannya yang berumur pendek.

Yoon menghadapi tuntutan pidana pemberontakan setelah gagal menerapkan darurat militer di Korea Selatan. Ia dapat dijatuhi hukuman penjara atau, paling buruk, hukuman mati.

Jika surat perintah itu dilaksanakan, Yoon akan menjadi presiden Korea Selatan pertama yang menjabat yang ditangkap.

Partai Demokrat, partai oposisi negara itu, pada hari Sabtu meminta agar dinas keamanan yang melindungi Yoon dibubarkan. Pengumuman itu menyusul adegan drama tingkat tinggi pada hari Jumat, ketika ratusan pengawal Yoon dan pasukan militer melindunginya dari para penyelidik. Penangkapan Yoon Suk Yeol akhirnya dibatalkan dengan alasan masalah keselamatan.

Pada hari Minggu, kepala dinas keamanan presiden Park Jong-joon mengatakan tidak berniat membiarkan para penyelidik menangkap Yoon sebelum batas waktu hari Senin. Sebabnya mereka yang berada di bawah tanggung jawabnya secara hukum berkewajiban melindungi pemimpin negara yang sedang menjabat.

"Menerapkan surat perintah penangkapan di tengah tuduhan pelanggaran prosedural dan hukum merusak misi mendasar (dinas) untuk menjamin keselamatan mutlak Presiden," kata Park, yang telah menolak permintaan polisi untuk diinterogasi, dalam sebuah pidato.

Pengacara Yoon mengecam surat perintah penangkapan terhadap kliennya. Mereka menyatakan penangkapan Yoon tu melanggar hukum dan tidak sah. Mereka mengajukan keberatan ke pengadilan Seoul yang mengeluarkannya.

Namun pengadilan mengatakan pada hari Miggu bahwa kasus keberatan tersebut ditolak, dan alasan yang tidak dapat diungkapkan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus