Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Komite Nobel memberikan anugerah Nobel Sastra 2024 kepada penulis asal Korea Selatan, Han Kang, pada Kamis, 10 Oktober 2024. Penghargaan ini membuat Han menjadi perempuan Asia pertama yang memenangkan hadiah Nobel Sastra.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Profil Han Kang
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Han Kang lahir pada 1970 di Korea Selatan. Ketika menginjak usia sembilan tahun, Han dan keluarganya pindah ke Seoul, meninggalkan Gwangju, Korea Selatan,. Kepindahan itu hanya berselang empat bulan sebelum Pemberontakan Gwangju, yaitu aksi protes massal terhadap pemerintah militer Korea Selatan yang terjadi pada Mei 1980.
Ayah Han sendiri adalah seorang guru dan novelis, meskipun tidak sukses secara finansial. Dibesarkan di sebuah rumah yang penuh dengan buku, membuat Han semakin mendalami dunia sastra. Dia kemudian belajar bahasa dan sastra Korea di Universitas Yonsei di Seoul dan lulus pada 1993.
Pada tahun yang sama, dia menerbitkan puisi pertamanya di majalah sastra Korea dan memenangkan hadiah pada tahun berikutnya dalam kontes sastra tahunan surat kabar Seoul Shinmun.
Pada 1995, dia menerbitkan Yeosu, sebuah buku cerita pendek. Han juga berpartisipasi dalam Program Penulisan Internasional di Universitas Iowa pada 1998. Novel pertamanya, Misteri Rusa Hitam, diterbitkan pada tahun yang sama.
Sementara itu, nama Han mulai dikenal dunia setelah novelnya yang berjudul The Vegetarian terbit pertama kali pada 2007. Novel tersebut menceritakan konsekuensi mengerikan yang dihadapi sang protagonis, Yeong-hye, usai menolak kebiasaan makan yang berlaku.
Komite Nobel menyatakan bahwa, "Karya Han Kang memiliki ciri khas paparan ganda akan rasa sakit, sebuah hubungan antara siksaan jiwa dan raga dengan keterkaitan yang dekat terhadap pemikiran Timur."
Han memiliki kesadaran unik atas hubungan antara jasmani dan rohani serta antara yang hidup dan yang telah mati. Melalui langgam puitis dan eksperimentalnya, Han telah menjadi pelopor dalam karya prosa kontemporer.
BRITANICA | ANTARA | AFP | AP | REUTERS