Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gerakan Earth Hour, aksi mematikan lampu selama 60 menit yang menyimbolkan kepedulian terhadap perubahan iklim, diperingati di 20 kota di Indonesia pada hari ini, Sabtu, 22 Maret 2024. Chief Executive Officer World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia Aditya Bayunanda mengatakan Earth Hour yang bertepatan dengan 10 hari terakhir Ramadan 2025 menjadi momen penting untuk menjaga keharmonisan antara manusia dan alam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Mengingatkan kita untuk terus terpanggil dalam upaya melestarikan Bumi,” ujarnya dalam keterangan tertulis pada Jumat, 21 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gerakan Earth Hour yang lahir pada 2007 di Sydney, Australia, menyebar secara serentak ke 190 negara. Khusus untuk 2025, gerakan ini mengusung tema ‘Create the Biggest Hour for Earth’. Para pencetusnya berharap bisa membawa harapan positif tentang lingkungan dan menginspirasi seluruh dunia. Selama satu jam, ketika memadamkan lampu, masyarakat diajak menjalani kegiatan yang positif, seperti beraktivitas di luar ruangan.
Aksi memadamkan lampu secara massal akan dilaksanakan pada Sabtu malam pukul 20.30 WIB. Bila sesuai dengan rencana, aksi ini bakal dilakukan di Aceh, Medan, Jambi, Jakarta, Tangerang, Serang, Cimahi, Bandung, Purwokerto, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Kota Batu, Bali, Makassar, Palu, Wajo, Jayapura, dan dua lokasi lainnya.
“Dengan menyelaraskan aksi kami dengan ketertarikan dan minat masyarakat, kami dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk bergabung,” tutur Aditya.
Director General WWF International Kirsten Schuijt mengatakan 2024 merupakan tahun terpanas dalam satu dekade terakhir. Suhu lautan juga mencapai tingkat tertinggi sepanjang sejarah. Earth Hour dianggap sebagai pengingat bagi manusia untuk segera bertindak selagi masih ada kesempatan.
Menurut Kirsten, dunia sedang menghadapi bahaya nyata dan mendekati titik kritis. “Gerakan ini bukan hanya tentang mematikan lampu, tetapi tentang menyalakan semangat perubahan secara global,” kata Kirsten.