Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setelah 97S berlalu, bibit siklon tropis baru telah terbentuk di Samudera Hindia di sebelah selatan Indonesia, yakni 99S. Efek dari terbentuknya bibit siklon itu sudah dirasakan di Jawa Tengah dan Jawa Timur pada Minggu malam, 12 Januari 2025, berupa hujan merata di sebagian besar wilayahnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peneliti di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin mengungkap itu pada Minggu malam. "Squall Line (barisan awan hujan yang yang bergerak membentuk kelurusan) juga sedang intensif terbentuk di laut utara Jawa Tengah," katanya saat itu melalui akun media sosial yang diizinkannya dikutip.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Erma menyatakan pertumbuhan bibit siklon berasal dari vorteks yang sebelumnya terpantau menguat di selatan Nusa Tenggara Barat. Di utara Indonesia, Vorteks Borneo juga diperkirakannya bisa terbentuk kembali. Yang terakhir ini disebutnya telah menyebabkan hujan yang luas di pesisir timur Sumatera Utara.
Khusus untuk bibit siklon tropis yang terus diproduksi dari Samudera Hindia di selatan Jawa dan Nusa Tenggara, Erma menunjuk faktor anomali suhu permukaan laut yang masih tinggi di kawasan itu. Dijelaskannya, hangatnya suhu muka laut adalah salah satu bahan bakar dari sistem badai.
Erma mengatakan suhu laut dekat Australia, perairan barat Australia, itu masih tergolong panas ekstrem karena hampir empat derajat Celsius lebih tinggi daripada suhu normalnya. Jika anomali suhu itu terus bertahan, dia menambahkan, "Musim badai tropis di Indonesia akan terus berlanjut hingga Maret bahkan Mei 2025."
Terpisah, dalam analisis yang diberikannya pada Minggu pagi 12 Januari 2025, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) masih memantau bibit siklon 99S itu sebagai gangguan tropis. Saat itu, menurut BMKG, pertumbuhan awan-awan konvektif
di sekitar sistem masih sporadis menyebar di sekitar sistem dan belum menunjukkan pola awan-awan khas siklogenesis.
Berdasarkan prediksi BMKG, sistem itu cenderung bergerak ke arah selatan -
barat daya dengan intensitas masih cenderung persisten pada hari ini. Namun demikian sirkulasi diperkirakan lebih baik dengan pola yang lebih tertutup. Dan terus bergerak ke arah barat daya menjauhi Indonesia besok dengan pola sirkulasi yang
menguat dan kecepatan angin maksimum mencapai 10-15 knot (19-28 km/jam).
BMKG juga mengatakan, gangguan tropis memberikan dampak tidak langsung cuaca berupa hujan sedang – lebat yang berpeluang terjadi di sebagian wilayah Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, dan NTB.
Sedangkan dampak langsungnya adalah meningkatkan ombak di laut. Gelombang setinggi 1,25 - 2,50 meter (Moderate Sea) diperkirakan terjadi di Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan Jawa hingga NTT, Samudera Hindia selatan Jawa Tengah hingga NTT.
Pilihan Editor: Mengenal Fenomena Perigee, Horor di Kawasan Rawan Banjir Rob