Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Terletak di perairan Selat Sunda, antara Pulau Jawa dan Sumatra, Krakatau dikenal akan letusannya yang dahsyat dalam sejarah. Sebelum munculnya Gunung Krakatau, para ahli menduga adanya Gunung Krakatau Purba, yang dalam teks disebut Gunung Batuwara.
Kumpulan cerita Pustaka Raja Purwa menuliskan bahwa tinggi Gunung Krakatau Purba 2000 meter di atas permukaan laut, dengan lingkar pantai 11 kilometer.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ledakannya menghancurkan tiga per empat tubuh Krakatau Purba dan membentuk kawah besar di Selat Sunda. Diperkirakan berlangsung selama 10 hari dengan kecepataan mencapau 1 juta ton per detik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Letusan Krakatau
Dikutip dari situs history, Krakatau terdiri dari tiga puncak: Peboewatan paling utara dan paling aktif; Danan di tengah; dan yang terbesar, Rakata, yang membentuk ujung selatan pulau.
Banyak orang percaya bahwa Krakatau telah punah. Namun, kapal-kapal yang berlayar melalui jalur air yang sibuk, termasuk kapal perang Jerman Elizabeth melaporkan melihat awan abu di atas Krakatau yang membentang setinggi 6 mil.
Letusan Krakatau pada 1883 menyebabkan abu, debu, dan puing-puing ke atmosfer dan menggelapkan langit. Lebih dari 36 ribu orang tewas dan puluhan ribu orang tenggelam dalam rangkaian tsunami.
Awan tebal segera menurunkan suhu pada daerah sekitarnya. Saat debu menyebar, letusan mengakibatkan penurunan suhu global rata-rata selama beberapa tahun. Perubahan iklim lainnya terjadi ribuan mil dari Indonesia, seperti curah hujan di Los Angeles setelah letusan Krakatau tercatat mencapai rekor tertinggi.
Laman Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menulis, erupsi ini menimbulkan tsunami di sepanjang pantai Banten dan Lampung Selatan.
Di Banten, gelombang pasang menyapu seluruh pantai, perkampungan, hingga memakan korban penduduk sampai tewas. Tsunami akibat erupsi Krakatau bergerak mencapai Selat Inggris yang jaraknya 19.873 kilometer dari Krakatau.
Pada akhir 1927, Krakatau menghasilkan uap dan puing-puing, hingga menjadi pulau kecil dalam setahun. Pulau ini terus tumbuh hingga ketinggian sekitar 1000 kaki dan terkadang meletus ringan. Pada tahun 2014, letusan ini berasal dari Gunung Anak Krakatau.
BALQIS PRIMASARI
Baca juga: