Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Koordinator Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Oktory Prambada membenarkan dalam beberapa hari terakhir kolom abu yang dihasilkan erupsi Gunung Anak Krakatau menembus 2 kilometer di atas puncak gunung tersebut. “Kolom erupsi yang terakhir itu 2,5 kilometer,” kata dia, saat dihubungi Tempo, Senin, 18 Juli 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Oktory mengatakan dalam beberapa hari terakhir terjadi erupsi yang relatif tidak biasa dengan kolom abu letusan menembus ketinggian 2 kilometer dari puncak gunung tersebut. “Betul bahwa Gunung Api Anak Krakatau beberapa hari terakhir mengalami erupsi berfluktuatif tinggi, sebelumnya tidak ada yang lebih dari 2.000 meter,” kata dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurutnya, erupsi tersebut terhitung wajar untuk Gunung Anak Krakatau yang tengah dalam fase erupsi. Saat ini PVMBG telah menetapkan status aktivitas gunung tersebut di Level III atau Siaga. “Hal tersebut merupakan konsekuensi dari tekanan yang berlebihan karena tekanan itu datang dari suplai magma dan kenaikan material magma ke permukaan yang terjadi di bulan Juni,” kata Oktory.
Oktory mengatakan saat ini Gunung Anak Krakatau tengah memasuki fase baru setelah erupsi yang relatif besar terjadi pada 2018. Pada letusan yang terjadi pada 2018 tersebut mengakibatkan tubuh gunung api tersebut hilang.
“Semua kejadian belakangan ini berkaitan dengan pembentukan kembali cone baru, tubuh baru, kerucut baru, karena cone yang lama itu telah dilongsorkan di 2018, sudah habis. Sekarang ini fase kritis dan erupsi ini merupakan babak baru untuk pembentukan kembali cone,” kata Oktory.
Pembentukan tubuh baru gunung api tersebut, diasosiasikan dengan aktivitas keluarnya material vulkanik dalam bentuk aliran lava dan erupsi. “Kalau kita ikuti dari 2018, sebagian tubuhnya hilang. Dan sekarang dia sudah mulai membentuk lingkaran baru, artinya ada material yang keluar dan di sana setiap kali ada letusan, ada lontaran-lontaran material magma yang tertumpuk di sekitar pusat erupsi, dan itu menggunung, nantinya akan terakumulasi dan lama kelamaan terlihat cone baru,” kata Oktory.
Oktory mengatakan, sebelum erupsi 2018 tinggi tubuh Gunung Anak Krakatau berkisar 200-300 meter. “Kalau sekarang gak sampai 100 meter karena hilang pada 2018,” kata dia.
PVMBG saat ini telah menetapkan status aktivitas Gunung Anak Krakatau berada di Level III atau Siaga dengan rekomendasi agar warga dan wisatawan tidak mendekat dalam jarak radius 5 kilometer dari pusat erupsi.
Kolom erupsi Gunung Anak Krakatau yang menembus ketinggian 2,5 kilometer itu dinilai masih relatif tidak membahayakan aktivitas penerbangan. PVMBG selalu mengirimkan peringatan terjadinya erupsi gunung api pada otoritas penerbangan. “Aktivitas penerbangan semestinya tidak terdampak,” kata dia.
Situs Magma Indonesia mencatat terjadi sedikitnya empat kali erupsi Gunung Anak Krakatau dengan ketinggian kolom abu menembus 2 kilometer di atas puncak. Pada 17 Juli pukul 08.47 terjadi erupsi dengan kolom abu teramati lebih kurang 2 kilometer di atas puncak (± 2.157 m di atas permukaan laut) dengan intensitas tebal condong ke arah selatan. Erupsi terekam dalam seismogram dengan amplitudo maksimum 56 mm dengan durasi 1 menit 19 detik.
Hari ini, Senin, 18 Juli 2022, dilaporkan terjadi tiga kali erupsi Gunung Anak Krakatau dengan ketinggian kolom abu menembus 2 kilometer di atas puncak. Pukul 08.26 WIB terjadi erupsi dengan kolom abu teramati sekitar 2 kilometer berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal condong ke arah barat daya dan terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 53 mm dan durasi 2 menit 7 detik.
Selanjutnya, Senin pukul 15.49 WIB terjadi erupsi dengan tinggi kolom 2,5 kilometer di atas puncak (± 2.657 m di atas permukaan laut) berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat terekam dengan amplitudo maksimum 55 mm dan durasi 1 menit 37 detik. Lalu terakhir pukul 17.30 WIB dengan tinggi kolom teramati 2,5 kilometer di atas puncak dengan amplitudo maksimum 55 mm dan durasi 1 menit 13 detik. Tidak terdengar suara dentuman saat erupsi terjadi.