TEMPO.CO, Semarang - Peneliti Ahli Utama Konservasi Keanekaragaman Hayati di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Hendra Gunawan, mengusulkan status Gunung Muria diubah menjadi hutan konservasi. Tujuannya, menjaga ekosistem macan tutul, jenis kucing besar yang masih tersisa di Pulau Jawa setelah punahnya harimau jawa.
Menurut Hendra, kawasan Gunung Muria dapat dijadikan kawasan konservasi berbentuk taman hutan raya atau Tahura. "Dengan status sebagai hutan konservasi akan lebih menjamin kelestarian hutan dan keanekaragaman hayati di Gunung Muria, termasuk macan tutul," ujar dia di Semarang pada Senin, 26 September 2022.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor 287 tahun 2022, wilayah Muria masuk dalam Kawasan Hutan dengan Pengelolaan Khusus (KHDPK). "Enam skema pengelolaan KHDPK dapat di Tahura. Artinya penetapan Gunung Muria sebagai Tahura tidak bertentangan," tuturnya.
Dia mengatakan, alih status Gunung Muria menjadi hutan konservasi bertujuan mencegah kerusakan akibat perambahan. Kemudian, menyelamatkan keanekaragaman hayati endemik termasuk macan tutul. Serta Gunung Muria dapat dimanfaatkan optimal untuk konservasi.
Dalam catatannya, Gunung Muria adalah salah satu konsentrasi populasi terbesar macan tutul di Jawa Tengah selain Gunung Lawu dan Slamet. Hasil monitoring Djarum Foundation bersama Yayasan Konservasi Alam Nusantara dan Perkumpulan Masyarakat Pelindung Hutan Gunung Muria, mengidentifikasi 13 macan tutul hidup di sana pada 2018.
Namun, dia menyayangkan fakta menggembirakan itu tak berbanding dengan lahan di Gunung Muria yang masih bisa didiami macan tutul. "Semakin bertambahnya habitat satwa langka ini yang hilang karena diokupansi untuk kebun atau ladang," kata Hendra.
Kerusakan hutan Muria itu ditandai seringnya macan tutul ke luar dari hutan dan memangsa ternak milik warga. Indikasi lain adalah banjir yang semakin sering terjadi di aliran sungai di lereng Muria. "Jika terus dibiarkan dikhawatirkan macan tutul jawa di sana secara perlahan akan mengalami kepunahan lokal," katanya.
Faktor penyebab kepunahan macan tutul itu antara lain berkurangnya sumber makanan dan menyempitnya ruang jelajah. "Kemudian berkonflik dengan masyarakat," ujar Hendra.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini