Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Tim Geodesi ITB Temukan Penurunan Tanah di 23 Daerah, Mana Saja?

Di daerah pesisir pantai penurunan tanah rata-rata berkisar 1-20 sentimeter per tahun. Penurunan terjadi mulai Langsa sampai Papua selatan.

16 Desember 2019 | 07.32 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung- Tim Geodesi Institut Teknologi Bandung menemukan 23 daerah di Indonesia mengalami penurunan tanah (land subsidence). Badan Geologi mencocokkan temuan itu dengan Atlas Peta Sebaran Tanah Lunak Indonesia keluaran 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Wilayah penurunan muka tanah di Indonesia itu terjadi di area sebaran tanah lunak,” kata Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan Badan Geologi Andiani, Jumat, 13 Desember 2019.

Berdasarkan peta potensi subsiden tanah di wilayah Indonesia dari tim Geodesi ITB keluaran 2018, daerah yang amblas itu Langsa, Medan, Indragiri, Palembang, Pontianak, Palangkaraya, Mahakam, Gorontalo, dan Papua selatan.

Daerah terbanyak di Pulau Jawa, yaitu Tangerang, Jakarta, Bekasi, Pongkor, Bandung, Bungbulang, Cilacap, Pondok Bali, dan Cirebon. Daerah lain yang amblas yaitu Kendal, Semarang, Demak, dan Pekalongan.

Menurut anggota tim riset Geodesi ITB Heri Andreas, daerah pesisir pantai penurunan tanahnya rata-rata berkisar 1-20 sentimeter per tahun. Ancaman  banjir rob karena kenaikan air muka laut akibat pemanasan global. Contohnya utara Jakarta. “Kalau sea level rise aja nggak masuk hitungannya, ternyata land subsidence,” ujarnya kepada Tempo di ITB, 6 November 2019.

Metode penelitian tim Geodesi ITB menggunakan citra dan data satelit serta global positioning system (GPS). Keduanya kata Heri mengukur penurunan tanah di suatu kawasan dengan perhitungan data secara berkala.

Badan Geologi menurut Andiani sejauh ini belum memiliki atlas atau peta khusus penurunan tanah di Indonesia. “Untuk amblesan belum ada risetnya,” kata dia di Museum Geologi. Pihaknya baru meneliti di Jakarta dan Semarang, sementara di Bandung belum dilakukan.

Andiani mengatakan perlu riset soal penurunan tanah sambil berkolaborasi dengan pihak lain. Sebab Pekalongan misalnya, sawahnya sudah tergenang air. Riset yang ada sementara ini tentang kajian geoteknik untuk mengetahui lapisan batuan. “Perlu pemasangan patok-patok monitor mana yang ambles dan sebesar apa amblesannya,” ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus