Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

lingkungan

21 Daerah yang Alami Penurunan Tanah di Indonesia, Ada Demak-Semarang di Pantura

Daerah di Utara Jawa memiliki potensi yang lebih besar alami penurunan tanah dan bisa akibatkan kerugian fisik sampai ekonomi.

17 Maret 2024 | 15.50 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Dwi Sarah, menjelaskan bahwa penurunan tanah yang terjadi di banyak daerah, terutama di kawasan Pantai Utara Jawa dan Cekungan Bandung, telah menyebabkan kerugian fisik dan ekonomi.

Dilansir dari Antara, penurunan tanah salah satunya dapat menyebabkan kerusakan pada sistem drainase, rumah-rumah mengalami penurunan dan miring, serta sering terjadi banjir.

"Dari pemetaan yang kami lakukan, kerusakan di daerah selatan relatif kecil, tetapi semakin ke utara, kerusakannya semakin parah," ujar Sarah dalam sebuah diskusi tentang kebencanaan geologi di Jakarta, Kamis lalu.

Di sisi lain, fenomena tanah ambles di Semarang dan Demak terjadi dari arah barat ke timur, dengan penurunan yang semakin tinggi ke arah timur.

"Ini juga sesuai dengan struktur geologi di bawah permukaannya, yang menunjukkan endapan lempung dan lanau yang cukup tebal di daerah timur, mulai dari Kaligawe, Terboyo, hingga ke Demak, dengan sisipan tipis lapisan pasir halus," jelas Sarah.

BRIN juga telah melakukan penghitungan amblesan tanah secara numerik dan analitik di dua titik, yaitu Madukoro dan Kaligawe. Hasil penghitungan menunjukkan bahwa laju penurunan di Madukoro sekitar 1 sentimeter per tahun, dan di Kaligawe sekitar 2 sentimeter per tahun.

Sementara itu, di Cekungan Bandung yang terdiri dari endapan danau, titik pusat penurunan muka tanah terletak di Kopo, Dayeuhkolot, dan Gedebage. Penurunan tanah di Gedebage telah menyebabkan kerusakan pada bangunan dan infrastruktur.

Sarah menjelaskan bahwa penurunan tanah di permukaan adalah manifestasi dari pergerakan material di bawah permukaan yang merupakan bencana laten.

Kondisi bawah permukaan Pantai Utara Jawa terdiri dari endapan aluvial kuarter, sedangkan Cekungan Bandung terdiri dari endapan danau kuarter yang rentan terhadap amblesan tanah, menyebabkan laju amblesan cukup tinggi, antara 1 hingga lebih dari 10 sentimeter per tahun.

"Bahaya penurunan tanah merupakan masalah multidimensi yang membuka banyak peluang riset," tambah Sarah.

Beberapa Daerah yang Alami Penurunan Tanah

Pada 2019 Tim Geodesi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menemukan bahwa ada 23 daerah di Indonesia yang mengalami penurunan tanah. Badan Geologi telah mencocokkan temuan ini dengan Atlas Peta Sebaran Tanah Lunak Indonesia.

Menurut Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan Badan Geologi, Andiani, wilayah-wilayah yang mengalami penurunan muka tanah di Indonesia terletak di area sebaran tanah lunak.

Daerah-daerah yang mengalami penurunan ini di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Langsa
  2. Medan
  3. Indragiri
  4. Palembang
  5. Pontianak
  6. Palangkaraya
  7. Mahakam
  8. Gorontalo
  9. Papua Selatan

Sementara itu, di daerah yang mengalami penurunan tanah terbanyak berada di daerah berikut.

  1. Tangerang
  2. Jakarta
  3. Bekasi
  4. Pongkor
  5. Bandung
  6. Bungbulang
  7. Cilacap
  8. Pondok Bali
  9. Cirebon
  10. Kendal
  11. Semarang
  12. Demak

Menurut Heri Andreas, anggota tim riset Geodesi ITB, daerah pesisir pantai umumnya mengalami penurunan tanah rata-rata sebesar 1-20 sentimeter per tahun. Hal ini meningkatkan ancaman banjir rob karena kenaikan air laut akibat pemanasan global, seperti yang terjadi di utara Jakarta.

Metode penelitian yang digunakan oleh tim Geodesi ITB melibatkan citra dan data satelit serta sistem global positioning (GPS) untuk mengukur penurunan tanah secara berkala.

Sementara itu, Badan Geologi, menurut Andiani, belum memiliki atlas atau peta khusus mengenai penurunan tanah di Indonesia. Mereka baru melakukan penelitian di Jakarta dan Semarang, sementara penelitian di Bandung belum dilakukan.

Andiani menyatakan perlunya penelitian lebih lanjut tentang penurunan permukaan tanah dengan berkolaborasi dengan pihak lain, mengingat situasi di Pekalongan di mana sawah sudah tergenang air. Riset yang ada saat ini lebih fokus pada kajian geoteknik untuk memahami lapisan batuan. "Diperlukan pemasangan monitor untuk melacak daerah-daerah yang mengalami penurunan tanah dan seberapa besar penurunannya," ujarnya.

ANANDA BINTANG | ANWAR SISWADI

Pilihan Editor: Banjir Semarang, Pakar UGM Peringatkan Berkurangnya Daerah Tangkapan Air dan Alihfungsi di Pesisir

 

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus