Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Big George Foreman Meninggal Dunia, Jejak Kampiun Tinju Dunia Kelas Berat yang Langka

Sebelum terkenal dengan gelar kampiun tinju dunia, mulanya George Foreman hanyalah remaja nakal yang penuh masalah dan bahkan pernah putus sekolah.

24 Maret 2025 | 01.55 WIB

Mantan petinju kelas berat, George Foreman. (tvovermind.com)
Perbesar
Mantan petinju kelas berat, George Foreman. (tvovermind.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan juara tinju dunia kelas berat, George Edward Foreman atau George Foreman, dikabarkan meninggal dunia di Houston, Texas, Amerika Serikat pada Jumat, 21 Maret 2025 waktu setempat. Kabar duka tersebut disampaikan keluarganya dalam sebuah unggahan Instagram di akun sang petinju legendaris @biggeorgeforeman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Hati kami hancur,” tulis unggahan tersebut, menampilkan Foreman dikelilingi oleh beberapa generasi keluarganya. “Dengan kesedihan mendalam, kami mengumumkan kepergian tercinta kami, George Edward Foreman Sr., yang berpulang dengan damai pada 21 Maret 2025, dikelilingi oleh orang-orang terkasih.”

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Sebelum terkenal dengan gelar kampiun tinju dunia, mulanya Foreman hanyalah remaja nakal yang penuh masalah dan bahkan pernah putus sekolah. Namun, nasibnya berubah kala ia bergabung dengan program President Lyndon Johnson’s Jobs Corps. Di sanalah calon legenda itu menemukan bakatnya yang terpendam di bidang olahraga tinju.

Big George, begitu ia di kemudian hari dikenal oleh para penggemar tinju di seluruh dunia, pertama kali mencuri perhatian kala ikut laga di Olimpiade Mexico City 1968. Namanya saat itu masih asing di dunia tinju. Berkat pukulan-pukulannya yang kuat dan gaya bertarungnya yang dominan hingga meraih medali emas kelas berat secara sensasional, Foreman mulai diperhitungkan.

Tak tergoyahkan oleh popularitas barunya di ajang Tanah Airnya, petinju muda kelahiran 10 Januari 1949 di Marshall, Texas, itu mendaki kariernya dengan beralih ke profesional. Perjalanan menuju gelar juara dunia kelas berat pun dimulai. Momen puncaknya tiba pada 22 Januari 1973, saat usianya baru 24 tahun, ia berhasil menumbangkan Joe Frazier untuk menjadi juara kelas berat tak terbantahkan.

Pertandingan epik “The Rumble in the Jungle” yang sangat dipromosikan melawan sesama juara Olimpiade dan legenda tinju, Muhammad Ali, membuat ketenarannya kian melejit. Di sisi lain, kekalahannya dalam laga itu menjadi pukulan telak bagi masa kejayaannya sebagai juara kelas berat. Walau terus berjuang untuk merebut puncak, ia tetap kalah dari Ali untuk kali kedua.

Dua kekalahan atas Ali itu membuatnya memikirkan kembali tentang prioritas hidupnya dan berujung pada keputusan meninggalkan dunia tinju selama satu dekade. Tapi Foreman mengejutkan dunia dengan comeback-nya alias kembali ke ring di usianya yang ke-38 tahun. Tak butuh waktu lama bagi Big George untuk kembali menunjukkan keperkasaannya.

Ia perlahan mendekati gelar kelas berat lagi, hingga puncaknya bertemu dengan Evander Holyfield pada 19 April 1991. Kemampuannya untuk bertahan dalam pertarungan di usia 42 tahun sudah menjadi kemenangan tersendiri, meskipun di atas kertas ia kalah. Namun, pencapaiannya ini masih tak sebanding dengan kejayaan terbesarnya saat melawan Michael Moorer.

Berhasil merebut kembali gelar juara dunia kelas berat yang tak terbantahkan untuk kedua kalinya dalam hidupnya, Foreman mengukuhkan dirinya sebagai salah satu petinju terhebat sepanjang masa. Ia terus bertarung selama beberapa tahun lagi sebelum pensiun pada usia 48 tahun pada 1997, dengan rekor 76 kemenangan (68 dengan KO) dan hanya 5 kekalahan sepanjang karier profesionalnya.

Setelah pensiun, pria yang memiliki julukan Big George itu lalu menjadi seorang pengusaha yang cukup sukses. Ia sempat memproduksi pakaian kasual untuk pria dengan ukuran super besar dengan merk Big and Tall. Namun, usaha dia yang bertahan lama adalah alat pemanggangan yang diberi nama “George Foreman Grill”. Ia juga memiliki perusahaan penjualan daging.

Di sela kesibukannya berbisnis, Foreman, yang memiliki 12 anak, juga mengabdikan diri di gereja. Ia mendirikan Pusat Pembinaan Remaja, George Foreman Youth and Community Center, pada 1984. Sejak 1980 ia juga mendirikan gereja di Houston, Texas. Di sana ia rutin berkhotbah. Ia melakukannya tiga kali sepekan: Sabtu sore, Ahad pagi, dan Ahad sore.

“Saya berusaha mengungkapkan isi Alkitab yang mereka tak ketahui,” kata Foreman seperti dikutip The Sun. “Saya mengerti orang-orang membutuhkan sesuatu untuk membantu mereka melewati minggu.”

Ia mengaku tak pernah kehabisan ide untuk berkhotbah dan berbicara soal berbagai topik, mulai kemacetan, obat-obatan, planet Pluto, hingga kemurahan dan murka Tuhan. Sebagai Kristen, Ia mengaku terlahir kembali setelah mengalami kekalahan di ring tinju dunia dari Jimmy Young pada 1977. Kala itu ia sempat tak sadar dan nyaris meninggal. Lalu, ia merasa “Tangan Raksasa” menariknya kembali sehingga tersadar di meja ruang ganti dikelilingi kawan dan staf.

“Di ruang ganti saya mondar-mandir untuk menenangkan diri. Lalu, dalam hitungan detik, saya berjuang untuk hidup,” kata dia. “Sejak saat itu saya tahun Jesus hidup dalam diri saya.”

Kisah perjuangan George Foreman yang epik di dunia tinju pun diangkat dalam sebuah film biografi dengan judul Big George Foreman: The Miraculous Story of the Once and Future Heavyweight Champion of the World, yang dirilis pada 28 April 2023.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus