Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Catatan dari PON 2024: Tentang Sederet Kekurangan dan Pelajaran buat Pekan Olahraga Nasional Selanjutnya

PON 2024 sudah tuntas digelar. Banyak catatan yang layak direnungkan, juga menjadi pelajaran, buat Pekan Olahraga Nasional berikutnya.

21 September 2024 | 11.46 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Suasana pesta kembang api pada upacara penutupan PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Stadion Utama Sumatera Utara, Sumut Sport Centre, Deli Serdang, Sumatera Utara, 20 September 2024. Pekan Olahraga Nasional XXI Aceh-Sumut 2024 resmi berakhir dan selanjutnya PON XXII akan berlangsung di NTB dan NTT pada tahun 2028. ANTARA/Nova Wahyudi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pekan Olahraga Nasional XIX Aceh-Sumatera Utara 2024 atau PON 2024 sudah tuntas digelar. Banyak catatan yang layak direnungkan, juga menjadi pelajaran, dari penyelanggaraan kali ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dibuka oleh Presiden Joko Widodo pada 9 September di Aceh, PON 2024 ditutup oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy di Medan pada 20 September. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jawa Barat untuk tiga edisi berturut-turut sejak PON ke-19 pada 2016 menjadi kontingen yang memperoleh medali terbanyak, dengan 540 medali yang 195 di antaranya medali emas. Jabar mengungguli 38 kontingen lain, baik dalam jumlah medali emas, medali perak, maupun medali perunggu. Jakarta dan Jawa Timur menempati posisi tiga besar. Sedangkan tuan rumah Sumatera Utara dan Aceh berada di posisi keempat dan keenam.

Mempertandingkan 65 cabang olahraga, PON 2024 adalah PON terbesar sepanjang sejarahnya karena mengikutkan 12.919 atlet, melebihi 11.000-an atlet pada PON Riau 2012 yang sebelumnya disebut yang terbesar. Sebagaimana dalam PON-PON sebelumnya, rekor-rekor baru tercipta, debutan-debutan membuat gebrakan, sementara para juara bertahan meneruskan atau bahkan diakhiri dominasinya.

Tetapi PON 2024 juga menyingkapkan sejumlah masalah dan catatan kritis, terutama dalam kaitan dengan fasilitas pertandingan, yang membuat heboh seisi negeri. Itu mulai dari venue yang bocor, sampai venue yang belum tuntas dibangun ketika pertandingan PON sudah dibuka.

Sejumlah pemain voli PON XXI Aceh-Sumut melewati jalan berlumpur di GOR Bola Voli Indoor Sumut Sport Center, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Selasa, 10 September 2024. Pertandingan voli indoor yang semula dijadwalkan Selasa (10 September) diundur menjadi Rabu (11 September) karena GOR belum siap dan akses jalan berlumpur. (ANTARA/Rivan Awal Lingga)

Salah satu yang menjadi viral adalah akses menuju tempat penyelenggaraan cabang bola voli indoor. Hingga rampungnya cabang olahraga tersebut, akses jalan menuju tempat pertandingan belum 100 persen rampung dan hal ini diharapkan tidak terjadi pada penyelenggaraan PON-PON selanjutnya.

Diakui sebagai salah tempat penyelenggaraan pertandingan voli terbaik di Indonesia, GOR Bola Voli Indoor Sumut Sport Center memiliki potensi untuk menyelenggarakan pertandingan berskala nasional bahkan internasional ke depannya, namun ketika infrastruktur penunjangnya telah 100 persen selesai.

Selain arena bola voli, tribun pacuan kuda juga masih belum rampung hingga balapan dilakukan.

Sejumlah penonton nekat menaiki tangga menuju tangga pekerja untuk menonton langsung cabang pacuan kuda Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024 di Arena Pacuan Kuda, Takengon, Aceh Besar, Kamis, 12 September 2024. (ANTARA/FAJAR SATRIYO)

Stadion Utama Sumatera Utara juga belum sempurna hingga dipakai upacara penutupan. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa stadion bakal ditutup seusai PON 2024 untuk dirampungkan. 

"Iya pasti (ditutup untuk dirampungkan), saya tadi sudah rapatkan di Hotel Crew. Jadi, kita sudah sampaikan habis ini kita sempurnakan lagi," kata Basuki, Kamis.

Selain infrastruktur penunjang, aspek konsumsi untuk para atlet yang berlaga sempat menjadi polemik karena tidak sesuai dengan asupan gizi yang dibutuhkan. Selain itu kedatangannya juga sempat tak tepat waktu.

Masalah-masalah itu sempat memunculkan dugaan adanya laku tidak baik dalam menyelenggarakan perhelatan itu muncul, sampai polisi pun mendalaminya untuk menyelidiki dugaan adanya korupsi, yang tiga tahun lalu di Papua pun muncul.

Memang masih dugaan, dan memang kekurangan atau catatan buruk dalam PON 2024 hanya terjadi di sejumlah kecil venue atau kesempatan. Tapi, bahkan kesalahan atau kekurangan sekecil pun dapat merusak citra keseluruhan acara olahraga, sehingga siapa pun tak boleh mendiamkannya.

PON menyedot dana sangat besar, yang berasal dari pemerintah pusat yang bersumber dari APBN lebih besar besar ketimbang dari anggaran daerah (APBD). Dari berbagai catatan media dan juga data Kementerian Pemuda dan Olahraga, PON 2024 menyedot total dana APBN sekitar Rp 2,2 triliun, sedangkan dana APBD yang terhisap untuk PON edisi ke-21 ini mencapai Rp 1,7 triliun. Jadi, total sekitar Rp 3,9 triliun.

Selanjutnya: Demi Kualitas Lebih Baik

Demi Kualitas Lebih Baik 

Dana sebesar itu dialokasikan untuk dua hal. Pertama, untuk hal-hal yang berkaitan dengan pertandingan, upacara, dan peralatan. Kedua, untuk renovasi dan pembangunan venue.

Angka yang didapatkan Aceh dan Sumatera Utara memang jauh lebih kecil dibandingkan dengan PON 2020 di Papua tiga tahun lalu, yang menghabiskan anggaran sekitar Rp 8 triliun. Tetapi itu tetap uang besar bagi pembayar wajib, rakyat secara keseluruhan.

Terlebih lagi, setiap acara PON sudah ditentukan jauh-jauh hari, sehingga semestinya tak boleh memunculkan pandangan tidak siap dari masyarakat. Aceh dan Sumatera Utara sendiri ditetapkan sebagai tuan rumah PON 2024 delapan tahun lalu sewaktu berlangsung PON 2016 di Jawa Barat.

Waktu delapan tahun seharusnya lebih dari cukup untuk menyiapkan segalanya agar PON terselenggara dengan baik, yang jika tidak bisa sempurna, maka paling tidak minim catatan tidak baik, entah itu berkaitan dengan pertandingan, maupun yang berkaitan dengan venue.

Tetapi kemudian muncul masalah yang terungkap ke publik. Beberapa venue ternyata bermasalah, bahkan belum selesai, seperti Sumut Sports Centre di Deli Serdang. Sejumlah kalangan, termasuk atlet, mengeluhkan akomodasi untuk beberapa venue dan cabang olahraga.

Ada banyak cara untuk memeriahkan lagi PON, apalagi era ini banyak platform yang membuat masyarakat bisa menikmati momen dan acara olahraga. IOC dan UEFA memanfaatkan platform populer seperti TikTok, YouTube, dan Instagram untuk membuat Olimpiade Paris dan Piala Eropa 2024 yang semakin luas dan semakin menarik disaksikan orang. Seharusnya model seperti itu diadopsi Indonesia untuk PON, mengingat PON adalah hajat nasional yang mesti dinikmati masyarakat seisi negeri.

Dana yang besar seharusnya juga menciprat ke pola-pola baru bagaimana acara olahraga dinikmati seluas mungkin oleh masyarakat. Jika terlalu berat untuk melakukan hal itu, maka mendorong swasta mendapatkan tempat lebih luas bisa menjadi langkah yang patut dicoba, demi meningkatkan kualitas penyelenggaraan PON sehingga masyarakat menikmati PON seantusias dulu.

Untuk sampai ke sana, apa yang kurang pada PON 2024 tak boleh lagi terulang di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur empat tahun mendatang.

Keluhan tentang fasilitas dan venue tak boleh lagi muncul, sehingga atlet kian diutamakan, oleh suasana lapangan dan kompetisi yang baik dan profesional, bahkan berstandar turnamen internasional. Dengan begitu mereka makin terdorong mengeluarkan terbaik, yang pasti menarik disaksikan oleh masyarakat lebih luas.

Selanjutnya: Refleksi untuk PON berikutnya

Refleksi buat PON Berikut

PON 2028 akan kembali bergulir di dua provinsi, yakni  Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 2028. Kedua provinsi ini sepakat untuk menamakan ajang tersebut sebagai "PON Nusa Tenggara," sebagai simbol persatuan dan kebersamaan kedua wilayah.

Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Provinsi NTB, Mori Hanafi, sebelumnya mengungkapkan Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur siap menyelenggarakan pesta olahraga edisi ke-22 nanti dengan lebih baik, belajar dari berbagai pengalaman dan tantangan yang dihadapi oleh Aceh dan Sumatera Utara dalam PON 2024.

Mori optimistis persiapan arena dan cabang olahraga di "PON Nusa Tenggara" akan lebih matang dan tersusun rapi. Salah satu pelajaran yang dipetik dari PON 2024, menurutnya, adalah pentingnya kesiapan arena pertandingan.

Hal senada juga disampaikan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Ario Bimo Nandito Ariotedjo juga mengatakan pada PON 2028 akan berfokus pada keberlanjutan.

Keberlanjutan tersebut, kata Dito, mencakup pengembangan potensi daerah, serta pemanfaatan venue dan infrastruktur yang dibangun untuk PON, agar tetap bermanfaat setelah ajang berakhir.

Dalam rapat evaluasi yang diadakan sebelum penutupan PON 2024, pihak KONI NTB dan NTT bersama Menpora juga membahas kemungkinan adanya format baru untuk penyelenggaraan PON 2028.

Meskipun Dito belum merinci format baru ini, ia menegaskan bahwa perubahan tersebut bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan memastikan kesiapan yang lebih baik dibanding edisi-edisi sebelumnya. "Jangan sampai PON itu meninggalkan sesuatu yang tidak bisa dimanfaatkan, yang terpenting adalah sustainability," ujar menteri berusia 33 tahun tersebut.

Dengan berakhirnya PON XXI/2024 di Aceh-Sumatera Utara, babak baru dalam sejarah olahraga Indonesia telah tercatat. Semua mata selanjutnya akan tertuju pada PON Nusa Tenggara 2028: Akankah menjadi pekan olahraga yang lebih baik atau kita hanya seperti keledai yang terus jatuh ke lubang sama.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus