Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Pencak Silat Gagal Capai Target di SEA Games 2021, Ini Kata PB IPSI

PB IPSI mensinyalir Indonesia mengalami banyak kecurangan pada cabang pencak Silat SEA Games 2021.

17 Mei 2022 | 01.50 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pesilat Indonesia Muhamad Yachser Arafa (kanan) menyerang pesilat Singapura Muhammad Hazim Bin Mohamad Yusli pada final kelas C 55-60 Kg Putra Pencak Silat SEA Games 2021 Vietnam di Bac Tu Liem Sport Center, Hanoi, Vietnam, Senin, 16 Mei 2022. Muhamad Yachser Arafa meraih medali perak setelah didiskualifikasi oleh wasit pada pertandingan tersebut. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kontingen pencak silat Indonesia gagal mencapai target empat medali emas pada SEA Games 2021 di Vietnam setelah hanya mampu mengemas satu medali emas, empat perak dan tiga perunggu selama pertandingan yang berlangsung 12-16 Mei 2022. Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia mensinyalir adanya upaya dari negara-negara lain untuk menjegal Indonesia meraih banyak medali emas di nomor yang memang menjadi andalan tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia Bayu Syahjohan mengatakan kegagalan tim pencak silat ini menjadi bahan evaluasi karena sudah terjadi di dua SEA Games terakhir. Pada SEA Games Filipina tahun 2019, Indonesia meraih dua medali emas atau gagal memenuhi target tiga medali emas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Evaluasi harus dilakukan mulai dari pesilat, pelatih hingga delegasi SEA Games-nya sendiri,” kata Bayu yang dijumpai setelah upacara penyerahan medali di Bac Tu Liem Gymnasium, di Hanoi, Vietnam, Senin, 16 Mei 2022 .

Bayu juga menyoroti soal banyaknya wasit yang tidak memahami aturan baru kompetisi, yang sudah dikeluarkan dalam satu tahun terakhir. Faktor adanya pandemi COVID-19 membuat kegiatan sosialisasi tidak maksimal sehingga wasit masih terbawa pada aturan lama.

“Ini terlihat dari tim Indonesia, karena di SEA Games ini banyak mengalami kekalahan,” kata dia.

Dia pun mensinyalir adanya upaya agar Indonesia tak meraih banyak medali emas dari pencak silat. Bayu menilai Indonesia dijadikan "musuh bersama", apalagi setelah Indonesia digdaya di arena Asian Games tahun 2018 dengan menggondol 14 medali emas.

Padahal, ia melanjutkan, Indonesia sebagai tuan rumah menerapkan fairplay di ajang Asian Games itu sehingga kemenangan yang terjadi itu murni karena melejitnya performa atlet.

“Ada wasit yang berbicara ke saya, dan meminta saya untuk tenang karena mereka memastikan bersikap netral terhadap Indonesia. Ini artinya memang ada komunikasi itu untuk menjegal Indonesia,” kata dia.

Keberpihakan itu, menurutnya sangat terasa di nomor seni seperti yang dialami oleh Puspa Arum Sari yang turun di nomor seni tunggal putri.

“Puspa itu nyata-nyatanya tidak ada lawan di tunggal putri. Lawan Filipina di final jika dilihat videonya jelas kalau lawan itu tidak ada power. Dia seperti anak TK lawan anak SMA. Tapi ini subjektifitas penilaian saya,” kata dia.

Di nomor tanding, Indonesia juga banyak dirugikan. Bayu misalnya menyoroti kekalahan atlet peraih medali emas Asian Games, Hanifan Yudani Kusumah, dari wakil tuan rumah karena dirugikan keputusan juri.

Begitu juga yang dialami Iqbal Chandra Pratama yang merupakan peraih medali emas Asian Games 2018 dan PON XX Papua 2021. Pada pertandingan perempat final, Iqbal yang sempat memimpin malah dapat dikejar lawan yang justru tanpa membuat gerakan berarti.

“Terkait pertandingan Iqbal ini kami protes dan sudah membayar protes, tapi ternyata hasilnya tak dapat dianulir,” kata dia.

Sementara untuk tiga final pada hari terakhir ini, Bayu menilai terdapat dua pertandingan yang terindikasi adanya keberpihakan. Sementara untuk Ronaldo memang diakui atlet tuan rumah tampil lebih baik.

Ia menyoroti keputusan mengejutkan wasit yang memberikan pengurangan 10 poin kepada Mustakim yang turun di kelas B putra. Pelanggaran yang terjadi dinilai tidak terlalu berat, setidaknya diberikan pengurangan 5 poin.

“Karena sisa waktu tinggal beberapa detik, jadi susah untuk mengejar lagi,” kata dia.

Sedangkan, laga pesilat andalan Indonesia Muhamad Yachser Arafa gagal menyumbangkan medali emas setelah didiskualifikasi pada laga final kelas C putra 50-60 Kg SEA Games Vietnam 2021 di Bac Tu Liem Stadium, Hanoi, Vietnam, Senin.

“Ada tendangan yang masuk tapi tidak dimasukkan juri, lalu lawan tidak bangun lagi karena terkena hantaman di wajah,” kata dia.

Cabang pencak silat sebenarnya menjadi salah satu harapan Indonesia untuk menjadi lumbung medali emas di SEA Games 2021 Vietnam. Sayangnya, Indonesia hanya meraih satu medali emas dari pasangan Riska Hermawan/Ririn Rinasih yang di nomor seni ganda putri.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus