Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Petinju Daud Yordan mampu mengalahkan petiju Thailand berusia 18 tahun, Rachata Khaophimai dalam pertarungan kelas super ringan World Boxing Council Asia Boxing Council.
Daud mempersiapkan pertarungan ini selama satu setengah bulan dengan berlatih tanding dengan petinju terbaik Tanah Air seperti Ongen Saknosiwi.
Kemenangan ini menjadi kado akhir tahun untuk Indonesia yang menjadi impian Daud Yordan.
RONDE kelima berjalan 40 detik ketika sebuah hook dari tangan kanan Daud Yordan mendarat di pelipis kiri Rachata Khaophimai. Pukulan ini membuat tubuh dan kepala petinju Thailand itu tertunduk. Wasit menyetop laga yang direncanakan berjalan sepuluh ronde itu. Daud pun menang secara technical knock out (TKO) dan merebut sabuk juara kelas super-ringan World Boxing Council (WBC) Asia Boxing Council. “Terima kasih seluruh masyarakat Kalimantan Barat, khususnya Ketapang dan Kayung Utara,” tutur Daud di atas ring World Siam Stadium, Bangkok, Jumat, 19 November lalu.
Tanda-tanda kemenangan Daud sudah terlihat di pengujung ronde keempat. Rentetan pukulan kombinasi Daud yang beringas dengan tepat mengenai wajah petinju berusia 18 tahun itu. Setidaknya lima pukulan telak mendarat di wajah Rachata. Khaophimai sempat goyang dan nyaris jatuh. Hanya, lonceng menyelamatkannya. Dengan hasil ini, rekor Daud di ring tinju dunia menjadi 41 kali menang dan 4 kali kalah. Ia menang 29 dengan knock-out (KO).
Kemenangan ini mewujudkan impian petinju berusia 34 tahun ini untuk memberikan kado bagi Indonesia pada akhir 2021. Daud terakhir kali menjadi juara ketika bertarung melawan petinju Afrika Selatan, Michael Mokoena, dalam perebutan gelar International Boxing Association World Super Light dan World Boxing Organisation Oriental Super Light pada November 2019. “Semoga saya bisa mengibarkan Merah Putih di luar negeri dan menunjukkan kita mampu berprestasi di kancah internasional,” katanya.
Daud telah berada di Negeri Gajah Putih lima hari sebelum pertarungan. Petinju yang akrab disapa Cino itu terbang dari Jakarta ke Bangkok pada Ahad, 14 November lalu. Bersama pelatihnya, Edin Diaz, ia harus menjalani karantina selama sehari. Kemudian ia menjalani latihan terakhir dan sesi timbang badan. “Tinggal berfokus menjaga berat badan saja sebelum bertanding,” ujar Daud saat dihubungi pada Kamis, 18 November lalu.
Menjelang keberangkatan ke Thailand, Daud menggenjot diri dengan berlatih selama satu setengah bulan di sasana XBC Boxing Camp, Tangerang Selatan, Banten. Ia memperbanyak latih tanding melawan sejumlah petinju Tanah Air. Ia mendapat bala bantuan dari rekan sesama petinju, seperti Ongen Saknosiwi, Jansen Hebi Marapu, Stevie Ongen Ferdinandus, dan Jon Jon Jet. “Kami berlatih dibantu petinju yang ada di XBC Boxing Camp. Waktu itu ada Ongen juga membantu menjadi mitra latih tanding,” tutur Daud.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Daud Yordan, pelatih Edin Diaz (kiri), dan manajemen MPRO Evolution, usai laga melawan Rachata Khaopimai di Bangkok, Thailand, 19 November 202/Dok. Pribadi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan memperbanyak latih tanding, Daud yakin mampu mengembalikan kondisi dan performa karena dua tahun tidak bertanding. Ia percaya berlatih melawan para petinju dalam negeri bisa mempertajam strategi ketika naik ring lagi. Daud juga mendapat bimbingan dari pelatih Edin Diaz yang kerap membantu persiapan dalam laga-laga sebelumnya. Menurut dia, keputusannya menunjuk Edin Diaz sebagai pelatih sesuai dengan kesepakatan tim.
Lebih dari itu, Edin merupakan kepala pelatih Daud Yordan Boxing Club, sasana tinju milik Daud yang berada di Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat. Pemilihan ini adalah strategi untuk memperlancar komunikasi di atas ring. “Sebetulnya kami sudah mengenal satu sama lain dan karakter masing-masing,” ujar Daud. Sebelumnya, Edin menjadi asisten pelatih ketika Daud berada dalam naungan pelatih Craig Christian ataupun Pino Bahari. “Ini pertama kali Bung Edin jadi pelatih kepala,” kata Daud.
Dengan latihan intensif yang dilakukan bersama Edin, Daud berharap kemampuannya akan terus meningkat pada laga-laga mendatang. Ia juga percaya program yang diberikan Edin mampu menjaga kondisi fisiknya yang sudah tidak muda lagi. “Bung Edin ini bisa bikin program yang membuat banyak petinju berkembang pesat,” tutur Daud, memuji pelatihnya.
Setelah Daud mengalahkan Rachata, Edin mengatakan strategi bertarung berjalan lancar di ring. Apalagi, ujar dia, sudah dua tahun Daud vakum bertanding. Setelah tampil lagi dalam ajang WBC, kata Edin, strategi khusus diperlukan agar ia memenangi pertandingan. “Tadi, karena melihat lawannya yang masih muda, kita agak mengatur ritme untuk memukul dan menghabisi lawan,” ucap Edin saat dihubungi seusai pertandingan, Jumat, 19 November lalu.
Daud yang memasang tulisan #DY2024 di celana dan punggungnya, menurut Edin, diinstruksikan untuk menahan diri pada tiga ronde awal. Meski terlihat agresif, Edin meminta Daud untuk menikmati pertandingan lebih dulu. Rachata pun ternyata mampu mengandalkan kelincahannya untuk menghindar dan membalas. Tapi hal itu hanya berlangsung hingga ronde ketiga. “Ronde kesatu, kedua, dan ketiga itu lebih menikmati karena Daud sudah lama tidak tanding,” ujarnya.
Pada ronde keempat, ketika stamina keduanya sudah berkurang, Daud beberapa kali mampu mendaratkan pukulannya di tubuh lawan. Daud, kata Edin, sudah mulai agresif dan sempat membuat Rachata sempoyongan dan terpojok, tapi masih terselamatkan oleh lonceng. “Baru di ronde keempat itu lebih agresif dan akhirnya kelar di ronde kelima” tuturnya.
Dalam laga kali ini, Rachata yang masih belia itu terlihat kalah dalam tingkat kematangan dari Daud. Hal itu lumrah karena, berdasarkan data Boxrec, Rachata melakoni debut tinju profesional pada 31 Mei 2019. Dalam waktu dua tahun, ia sukses memenangi tujuh laga, dan empat di antaranya diraih dengan kemenangan KO. Secara keseluruhan, Rachata bertarung sebanyak 30 ronde.
Adapun Daud Yordan, sejak debut profesional pada 25 Agustus 2005, telah mengantongi 40 kemenangan dengan rasio KO 62,22 persen atau 28 kali. Petinju asal asal Kalimantan Barat ini telah melakoni 279 ronde sepanjang kariernya. Dia memiliki tinggi 170 sentimeter dan jangkauan 173 sentimeter. Petinju kelahiran 10 Juni 1987 itu memiliki pengalaman bertarung di luar negeri, seperti Inggris, Rusia, Australia, Filipina, dan Amerika Serikat.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo