Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Wasit bulu tangkis asal Gunungkidul, Wahyana, menceritakan rahasia suksesnya menjadi wasit internasional, termasuk perjuangan untuk bisa memimpin pertandingan final tunggal putri Olimpaide Tokyo, antara Chen Yu Fei dari Cina dengan Tai Tzu Ting dari Taiwan.
"Yang saya terapkan adalah disiplin, kapan waktu saya bekerja, kapan waktu untuk keluarga, kapan waktu memikirkan bulu tangkis. Saya betul-betul me-manage waktu sedemikian rupa, sehingga semua bisa berjalan dengan baik," ujar Wahyana dalam talk show virtual edisi khusus Olimpiade Tokyo 2020, Kamis, 19 Agustus 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Wahyana, yang juga merupakan guru olahraga di SMPN 4 Patuk, Gunungkidul, merupakan salah satu wasit senior di Indonesia dan memiliki sertifikat BWF. Ia kini menjadi Pengurus Pusat Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) pada Bidang Turnamen Nasional dan Perwasitan sebagai Sub Bidang Perwasitan periode 2020-2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ia pun mengatakan sebelum memimpin pertandingan di Olimpiade Tokyo, berbagai persiapan harus dijalani untuk bisa mewakili Indonesia di pesta olahraga tertinggi tersebut.
"Kemarin sebelum ke olimpiade harus menjaga kondisi fisik dan kebugaran. Dan mempersiapkan mental dan harus me-refresh soal peraturan bulu tangkis sehingga bisa maksimal tampil di olimpiade," ujar dia.
Ia menjelaskan tantangan untuk menjadi wasit bulu tangkis dengan level internasional yakni izin dari instansi tempat bekerja. Walaupun tidak pernah mengalami langsung, kata Wahyana, banyak rekan-rekannya yang tidak mendapat izin dari kantor ketika harus menjadi wasit di kejuaraan bulu tangkis.
"Saya tidak ada masalah dengan perizinan karena instansi dan pemerintah daerah di Kabupaten Kidul mendukung karir saya, tapi teman-teman wasit lainnya kadang masih ada kendala dengan instansi atau tempatnya bekerja," kata dia.
"Kami seorang wasit itu pada saat bertugas mewakili negara, pada saat kami bertugas pasti ada nama Indonesia disebut, dalam hal ini saya memohon bapak menteri pemberdayaan aparatur negara dan bapak Menpora sehingga bisa memberikan rekomendasi atau semacamnya yang sesuai dengan perizinan yang kami butuhkan," ucap dia.
Selain masalah perizinan, Wahyana menceritakan pengalamannya yang sempat terkendala dengan Bahasa Inggris. Ketika masih menjadi wasit level kabupaten, provinsi, maupun nasional kategori B, Wahyana belum menguasai bahasa Inggris.
"Begitu dipanggil ke nasional kategori A, secara otodidak saya meningkat kemampuan bahasa Inggris saya. Akhirnya sedikit demi sedikit, hari demi hari, pantang menyerah, setiap ada waktu saya manfaat untuk berlatih. Ternyata berhasil setelah itu saya dikirim ke badminton Asia, bahkan bisa ke BWF," ujar Wahyana.
Wahyana sempat menceritakan pula salah satu pengalamannya yang berkesan yaitu ketika menjadi wasit bulu tangkis pertandingan tunggal putra antara Lee Chong Wei asal Malaysia dan Lin Dan asal Cina. Ia beralasan bahwa mereka merupakan pemain yang kuat dan hebat.
IRSYAN HASYIM