Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perayaan 200 tahun Alfred Russel Wallace meninggalkan legasi ‘Wallace Line’ di Indonesia termasuk wilayah Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Meski sudah berumur ratusan tahun, namun wilayah Wallace masih menyisakan banyak ilmu pengetahuan yang bisa diteliti atau didalami.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Wallacea ini penting untuk memberi penyemangat bagi ilmuwan, jika ada sebuah kawasan yang punya nilai khas yang terus digali,” ucap Dosen Departemen Ilmu Sejarah Universitas Hasanuddin, Ilham Daeng Makkelo kepada Tempo di kampus Universitas Hasanuddin, Makassar, Senin sore 14 Agustus 2023. “Misterinya masih luar biasa kalau mau didalami.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ilham menyatakan setiap tahun ilmu pengetahuan terus berkembang. Oleh karena itu wilayah Wallacea ini bukan hanya tentang biodiversity atau keanekaragaman hayati saja. Tetapi masih banyak hal-hal yang mesti digali lebih dalam lagi, saat ini masih bagian terkecil saja yang bisa dilihat.
Ia mencontohkan hal-hal yang masih perlu diteliti misalnya bagaimana Alfred Wallace melakukan studinya, lalu historisnya, apa sumbangsihnya dalam kehidupan perkembangan wilayah nusantara atau Indonesia dari waktu ke waktu.
“Saya kan bagian sejarah, pengetahuan kami belum maksimal,” ucap Ilham. “Ini bukan hanya pengetahuan alamnya saja tetapi juga pengetahuan manusianya.”
Apalagi, lanjut dia, Alfred Wallace juga bercerita tentang bagaimana manusia di Kawasan Timur Indonesia. Sehingga, hal ini bisa menjadi sumber materi bagi para peneliti untuk menelusuri lebih jauh, terkhusus bagian ilmu sosial. “Bahannya luar biasa, peluang itu sangat memungkinkan,” ujar Ilham.
Pameran tentang jejak Wallace di Unhas
Ilham yang juga penanggung jawab pameran mengatakan pameran digelar dari pelbagai medium. Ada tentang lini masa perjalanan Alfred Wallace, riwayat hidupnya, aktivitasnya hingga ke flora dan fauna di wilayah Wallacea. Hewan-hewan endemik di darat dan laut bahkan juga dibingkai dan ditampilkan dalam pameran itu.
“Ada yang bercerita tentang sejarah, ada foto hewan endemik dan ada hasil imajinasi orang melalui lukisan. Jadi semua satu-kesatuan,” tutur dia. Bahkan, ucap Ilham, hewan endemik yang terancam punah juga ada dipamerkan seperti anoa. Selain itu, beberapa hewan lainnya yakni kupu-kupu, burung julang sulawesi, kuskus, dan lainnya.
Menurutnya, terancam punahnya satwa endemik di kawasan Wallacea lantaran habitat atau alamnya yang sudah mulai diusik. Misalnya kegiatan eksplorasi perusahaan tambang di kawasan sekitar kupu-kupu, itu bisa menghilangkan satwa endemik.
“Yakin kalau diganggu habitatnya pasti akan lari atau punah. Satu-satunya jalan terbaik adalah menjaga alam agar hewan bisa tumbuh berkembang,” tambah Ilham.
Wallacea adalah wilayah daratan dan lautan yang terdiri dari kepulauan besar seperti Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Maluku.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.