Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

Kawasan Wallacea seluas 347 ribu kilometer persegi diisi 10 ribu spesies tumbuhan. Sebagian kecil dari jumlah tersebut sudah terancam punah.

6 Mei 2024 | 16.43 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Ahli Utama dari Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi (PREE) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Gerson Ndawa Njurumana, memaparkan kekayaan biodiversitas Kawasan Wallacea, pecahan dari Nusantara yang dipisahkan oleh dua daratan luas, yaitu Paparan Sunda di bagian barat dan Paparan Sahul di bagian timur. Kawasan yang meliputi Sulawesi, sebagian Nusa Tenggara, Halmahera, dan sebagian Pulau Timor itu memiliki daratan seluas 347 ribu kilometer persegi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gerson yang merupakan Ketua Kelompok Riset Karakterisasi dan Valuasi Ekosistem PREE menyebut Kawasan Wallacea merupakan tempat peralihan satwa dan puspa dari tipe Asiatis ke Australis, maupun sebaliknya. Wallacea dibatasi oleh garis-garis imajiner, yaitu Garis Wallace di sebelah barat, Garis Lydekker di timur. Namun, Garis Wallace sendiri sering juga disebut sebagai Wallace-Weber.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lokasi peralihan itu membuat Kawasan Wallace dipenuhi 10 ribu spesies tumbuhan. “Sebanyak 1.500 spesies di antaranya jenis endemik dan 66 spesies termasuk kategori langka terancam kepunahan," kata Gerson melalui keterangan tertulis, Jumat, 3 Mei 2024.

Kawasan yang meliputi 10 provinsi serta 36 juta penduduk di dalamnya itu memiliki hampir 18 persen kawasan hutan dari total tutupan hutan di Indonesia. "Membuat ekosistem Wallacea memiliki nilai strategis yang penting bagi bangsa Indonesia."

Kepala PREE BRIN, Anang Setiawan Achmadi, mengingatkan soal pentingnya penyusunan rencana pembangunan di daerah, khususnya di kawasan ekosistem Wallacea. Dengan keunikan dan kekayaan biodiversitas, ujar dia, kawasan itu dihantui risiko kerusakan lingkungan.

“Dukungan riset dan inovasi untuk rencana pembangunan dan pengelolaan wilayah di daerah sangat diperlukan.,” ungkap Anang optimis.

Dia berharap para periset BRIN dilibatkan dalam menyusun rencana pembangunan daerah di kawasan ekosistem Wallacea. Terdapat 134 kabupaten dan kota dalam kawasan biodiversitas tersebut.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus