Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Jokowi meresmikan pabrik percontohan minyak makan merah Pagar Merbau di Deli Serdang, Sumatra Utara, pada 14 Maret 2024. Pada sambutannya, Jokowi mengklaim pabrik produk olahan minyak sawit atau crude palm oil (CPO) itu merupakan wujud kebijakan hilirisasi pemerintah. Dengan perilisan ini, harga sawit di daerah tersebut akan lebih stabil karena dapat diolah menjadi barang jadi, minyak makan merah.
Minyak makan merah yang sudah diresmikan ini memiliki beberapa perbedaan dari minyak goreng biasa. Berikut adalah perbedaan dari dua jenis minyak tersebut, yaitu:
1. Proses Penyulingan
Minyak makan merah selama proses produksi tidak melalui proses penyulingan. Proses ini berbeda dengan minyak goreng sawit biasa yang masih melalui proses penyulingan.
Pada minyak goreng sawit biasa, proses penyulingan masih dilakukan. Proses ini membuat minyak dicampurkan dengan asam fosfat dan soda kaustik yang menghilangkan asam lemak bebas sehingga memberikan konsistensi sabun pada minyak.
2. Dibuat dari kelapa sawit mentah
Mengacu ews.kemendag.go.id, minyak goreng merupakan minyak yang terbuat dari lemak hewan atau tumbuhan. Lemak tersebut dimurnikan dalam bentuk cairan pada suhu kamar yang disesuaikan dengan suhu ketika menggoreng makanan. Minyak dari tumbuhan biasanya berasal dari kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, jagung, kedelai, zaitun, bunga matahari, dan kanola. Sementara itu, minyak goreng hewani terbuat dari tallow atau lemak sapi dan lard, lemak babi. Bahan dasar ini berbeda dengan minyak makan merah yang hanya berasal dari minyak kelapa sawit mentah berwarna merah tua.
3. Lebih rendah kalori
Menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit, sebagaimana dikutip laman Kementerian Pertanian, minyak makan merah mempertahankan kandungan senyawa fitonutrien. Kandungan tersebut terdiri dari karoten sebagai sumber vitamin A, tokoferol dan tokotrienol sebagai vitamin E, dan squalene. Minyak makan merah juga berpotensi menjadi pangan fungsional, seperti bahan anti stunting.
Di sisi lain, minyak goreng biasa mengandung kalori dan lemak yang relatif tinggi. Mengacu WebMd, minyak goreng biasa mengandung lemak jenuh dan lemak trans yang meningkatkan penyakit jantung. Namun, minyak ini juga mengandung lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda yang mengelola metabolisme kolesterol.
4. Harga lebih murah
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Teten Masduki mengatakan minyak merah akan dilego dengan harga murah atau di bawah harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng biasa. Adapun, HET minyak goreng senilai Rp14.000 per liter. “Harga (minyak merah) akan jauh lebih murah. Bisa Rp 9.000 per liter. Murahlah ini solusi bagi masyarakat, petani, dan konsumen,” jelas Teten.
RACHEL FARAHDIBA R | SULTAN ABDURRAHMAN | BANGKIT ADHI WIGUNA | RIANI SANUSI PUTRI
Pilihan Editor: Berharap Pada Minyak Makan Merah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini