Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pertimbangkan kembali jika Anda ingin mengikuti maraton di atas jarak 30 kilometer. Atau setidaknya lakukan latihan cukup intensif sebelum melakukan maraton dan tidak mengkonsumsi obat-obatan anti-peradangan.
Berdasarkan studi terbaru, maraton punya pengaruh terhadap ginjal. Studi ini diterbitkan dalam jurnal American Journal of Kidney Diseases, Maret lalu. Studi tersebut mengamati 22 peserta yang mengikuti lomba maraton. Ternyata, setelah lomba, mereka mengalami kerusakan ginjal.
“Setelah lomba, ginjal ke-22 peserta gagal menyaring limbah darah,” demikian pernyataan tim peneliti dalam jurnal tersebut. Beruntungnya, pada hari kedua, fungsi ginjal mereka kembali normal.
Yang jelas, menurut Chirag Parikh, profesor bidang nefrologi ilmu tentang ginjal dari Yale University, Amerika Serikat, hal itu merupakan efek jangka pendek dari keikutsertaan dalam maraton.
Parikh mengatakan dampak jangka pendek dan panjang dari maraton selama ini belum terungkap. Menurut dia, hal itu sepertinya tidak terlalu diperhatikan oleh para pelari.
Dampak maraton pada ginjal itu terungkap setelah Parikh dan timnya melihat sampel darah dan urine 22 peserta yang dikumpulkan sebelum dan setelah lomba. Tes ini termasuk mengukur kadar kreatinin darah dan protein dalam urine serta melihat sel ginjal.
Kreatinin adalah limbah darah yang disaring oleh ginjal. Pengukuran zat ini dalam darah bisa melihat kesehatan ginjal. “Hasilnya, kami menemukan 22 pelari itu mengalami cedera pada ginjal setelah berlari,” kata Parikh.
Penyebabnya? Studi Parikh dan tim belum sampai ke sana. Meski begitu, mereka memiliki beberapa hipotesis. Di antaranya kenaikan suhu tubuh secara drastis, dehidrasi, dan penurunan aliran darah ke ginjal yang terjadi selama maraton.
“Saat berlari, darah dipompa ke kulit dan otot. Hal itu bisa jadi menyebabkan ginjal kekurangan pasokan darah,” demikian pernyataan tim dalam jurnal.
Studi ini memperkuat studi sebelumnya yang diterbitkan pada 2011 oleh Peter McCullough, Wakil Kepala Bidang Kedokteran Baylor University, di Dallas, Amerika Serikat. Studi McCullough dan tim mengevaluasi dampak maraton terhadap 25 peserta yang terdiri atas laki-laki dan perempuan.
Studi tersebut menemukan 40 persen pelari mengalami cedera ginjal akut berdasarkan tingkat kreatinin darah mereka.
“Hal yang belum mereka dan kami temukan adalah apakah dampak pada ginjal ini bisa menjadi kronis, juga strategi untuk mencegah dehidrasi ginjal,” kata McCullough, yang tak tergabung dalam studi Parikh dan tim. “Studi lanjutan sangat penting.”
Parikh menyatakan studi mereka memang belum sampai pada hal itu. Menurut dia, ada kemungkinan ginjal beradaptasi dari waktu ke waktu.
Tentunya Parikh dan tim tidak boleh berhenti sampai di sini. Banyak atlet maraton di luar sana yang ginjalnya bisa saja rusak karena aktivitas mereka. Untuk sementara, Parikh dan tim menyarankan agar semua orang yang akan mengikuti kejuaraan maraton melaporkan riwayat kesehatan keluarga, terlebih jika ada sejarah penyakit ginjal di dalam keluarga.
Cathy Fieseler, dokter bidang olahraga di Christus Trinity Mother Frances Health System, di Texas, Amerika Serikat, memberikan sedikit saran. “Hindari obat anti-inflamasi sebelum melakukan maraton,” kata Direktur Medis American Running Association itu.
Obat-obatan tersebut di antaranya mengandung ibuprofen naproxen. Obat anti-peradangan, menurut dia, bisa menurunkan fungsi ginjal. Selain itu, lakukan latihan yang cukup intensif sebelum mengikuti lomba maraton dan periksakan ginjal Anda setelahnya.
AMERICAN JOURNAL OF KIDNEY DISEASES | KNOWRIDGE | FIRMAN ATMAKUSUMA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo