Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Perempuan di bidang teknologi bisa dibilang sangat sedikit. Studi Microsoft Asia 2017 mengungkap, hanya 20 persen perempuan di dunia terjun di bidang ini. Hanya satu dari lima perempuan yang berkecimpung di dunia STEM (science, technology, engineering, and mathematics). Itu pun tidak langsung berada di posisi puncak karier. Pada awal kemunculan teknologi, khususnya ponsel pintar, perempuan seperti tidak punya tempat di bidang tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Namun, Susie Armstrong membuktikan hal itu salah. Senior Vice Presiden Engineering Qualcomm ini telah bekerja di perusahaan ini selama 23 tahun. "Dan saya sangat melihat peluang besar di bidang ini untuk para perempuan," kata perempuan lulusan California Polytechnic State University, San Luis Obisp, ini kepada Amri Mahbub dari Tempo, di Hotel Pullman, Jakarta Pusat, Kamis, pekan lalu. "Cantik itu…to be smart."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Bagaimanakah pandangan Susie tentang perempuan di bidang teknologi? Berikut petikan wawancaranya.
Jika pembaca terkejut dengan fakta bahwa salah satu tokoh di balik Qualcomm adalah perempuan, apa yang akan Anda katakan kepada mereka?
Saya akan bilang, "Hei, ini luar biasa. Kenapa kaget?"
Kenapa?
Bidang teknik adalah karier yang luar biasa bagi seorang perempuan. Dan perusahaan teknologi, seperti Qualcomm, membutuhkan orang yang cerdas, enerjik, dan menarik. Tidak peduli jenis kelamin Anda, warna rambut, atau warna kulit. Saya mendapat banyak kesempatan di sini, kenapa perempuan lain tidak bisa?
Jadi Anda bangga bekerja di Qualcomm?
Absolutely yes! Di sini saya mendapat kesempatan untuk mengubah cara hidup manusia dengan menciptakan teknologi nirkabel. Saya yakin, baik di Qualcomm maupun di tempat lain, pasti menerima perempuan di bidang ini. Yang perlu dibuang jauh-jauh adalah pikiran bahwa perempuan tidak bisa melakukan hal yang laki-laki bisa
Apa Anda kerjakan di Qualcomm saat ini?
Saat ini, saya membantu perusahaan ini untuk mengembangkan bidang teknologi, terutama soal paten. Salah satu tugas saya adalah memasyarakatkan STEM (sains, teknologi, engineering, dan matematika) ke anak-anak. Saya percaya kontribusi ini juga bisa mendorong para perempuan lebih banyak terjun ke dunia teknologi.
Apa atau siapa yang mendorong Anda masuk ke bidang STEM?
Mulanya saya ingin mejadi dokter hewan. Saya sangat mencintai binatang. Orangtua dan guru biologi saya pun mendorong untuk berkarier di bidang tersebut. Namun, saya batal mengambil itu setelah berpikir akan melihat banyak sekali penderitaan hewan ke depannya. Saya merasa ngeri memikirkan itu.
Lalu, Anda pindah haluan?
Selain biologi, saya juga suka komputer. Saat ikut kelas pemograman untuk menulis bahasa program FORTRAN dan BASIC, kok seperti mengungkap teka-teki. Dan itu menyenangkan. Saya kemudian berpikir, tidak salah berubah haluan. (Tertawa ringan)
Selama ini, banyak orang hanya mengenal Qualcomm sebagai perusahaan produsen mobile processor, tanpa mengetahui siapa apa teknologi di baliknya...
Ya, terkadang saya bercanda kepada teman di kantor, "Hei, kita ini membuat hal yang tidak terlihat, bukan? Buat apa seserius itu?" (sambil tertawa).
Saya rasa memang penting untuk pembaca tahu siapa kami. Karena, tanpa Qualcomm, ponsel pintar Anda tidak akan berfungsi, tidak akan menemukan lokasi posisi yang akurat, mengambil foto dan video, serta tidak akan bisa menyalakan ponsel di pesawat terbang. (Sekadar informasi, Qualcomm merupakan pemilik paten mode pesawat terbang alias flight mode). Ini sangat penting bagi kami karena Qualcomm sudah melakukan investasi besar agar Anda bisa bercengkrama dengan keluarga melalui pesawat telepon yang interaktif.
Bicara tentang keluarga, bisa cerita tentang keluarga Anda? Apa hobi Anda?
Saya lahir dari keluarga yang tinggal di Truckee, sebuah kota kecil di pegunungan California. Sejak kecil ayah dan ibu saya mengajarkan untuk mencintai alam bebas. Itulah yang akhirnya membuat saya tumbuh dengan pikiran bebas. Sampai sekarang pun saya dan suami sangat suka mendaki, bermain ski, bersepeda, dan mendayung di laut.
Dan apakah alam juga yang menginspirasi seorang insinyur seperti Anda untuk menemukan banyak inovasi di bidang teknologi?
Kurang lebih begitu. Dan tepatnya, alam dan kebutuhan manusia. Saya ingin cerita tentang teman saya, Steve Sprigg, penemu flight mode ponsel. Dia berangkat dari kekhawatiran maskapai penerbangan soal gangguan komunikasi yang ditimbulkan ponsel. Namun, di satu sisi, banyak orang yang masih ingin melakukan banyak hal selama penerbangan menggunakan ponsel mereka. Melihat foto, mendengarkan musik, dan lainnya. Steve menemukan cara untuk mematikan komunikasi tanpa mengganggu penerbangan pesawat.
Susie Armstrong, Senior Vice President Engineering Qualcomm. (Qualcomm)
Menurut Anda, apa penemuan Anda yang paling penting?
Bidang kunci saya ada di area paket data Internet. Dekade 1990-an menjadi tahun-tahun terpenting saya. Saat itu saya menemukan cara sederhana di base station untuk terhubung dengan Internet yang menjadi basis peningkatan teknologi 3G, 4G, 5G. Basis ini juga memungkinkan aplikasi data seperti media sosial digunakan untuk telepon. Sebetulnya itu tantangan dari senior saya. Dia bertanya, "Apa kamu punya inovasi baru untuk Qualcomm pamerkan tahun depan?" Saya jawab, "Iya." Padahal saya belum memulai. (Tertawa)
Lantas, tantangan apa yang telah Anda hadapi selama bekerja di sektor STEM?
Terlepas dari kenyataan bahwa pekerjaan teknik bisa menantang, dan terkadang sulit, saya rasa saya tidak menghadapi hambatan nyata. Bahkan bertahun-tahun yang lalu ketika saya lulus dari universitas, orang STEM mendapat permintaan tinggi (saya memiliki 8 tawaran pekerjaan!) ketimbang dari bidang lain. Kini, ada lebih banyak permintaan lulusan di STEM.
Apa Anda pernah merasa terkendala menjadi "perempuan yang masuk di bidang teknologi"?
No! Sebaliknya...Saya sangat senang. Sama senangnya mendorong perempuan lain untuk terjun di bidang ini.
Anda dikenal sebagai seorang jenius selama waktu Anda belajar di California Polytechnic State University, San Luis Obispo...
Ha…ha…ha…(Tertawa keras) Saya akan memberitahu ibu saya bahwa seseorang mengatakan anaknya jenius! Dan pasti dia akan tertawa. Serius...saya ragu saya jenius. Betul saya bekerja keras untuk mendapat nilai bagus. Tapi untuk jenius, saya kira masih banyak orang cerdas di luar sana.
Anda percaya perempuan bisa lebih produktif di bidang STEM?
Yang bisa saya katakan adalah perusahaan teknologi sangat rugi jika tidak mencari staf perempuan, mengingat jumlah lulusan bidang ini yang sangat minim. Terlebih, perempuan memiliki naluri untuk membuat, memproduksi, atau membangun sesuatu. Saya sempat membaca studi tentang ketertarikan perempuan di bidang ini sangat kuat, terutama kalau berhubungan dengan kepentingan sosial. Dunia butuh kebaikan sosial ini.
Sebetulnya apa yang harus disiapkan para perempuan untuk masuk bidang teknologi?
Kamu harus memanfaatkan semuanya. Mulai dari program beasiswa yang ditawarkan, kelas tambahan, mentoring, dan lainnya. Kamu juga harus kenal kekuatan diri sendiri. Jadilah cantik dan cerdas.
Dan definisi cantik menurut Anda?
Ha...ha...ha...(tertawa keras lagi). Teman kantor saya pernah meledek bibir saya yang sangat pucat dan tidak pernah pakai make up. Saya jawab sambil bercanda, "Saya akan bawa lipstik kalau nanti ada wawancara di televisi".
Cantik menurut saya? Cantik itu...to be smart."
Apa yang Anda lakukan setelah pensiun?
Saya agak benci dengan pertanyaan ini. Karena saya sangat senang bertemu dengan orang banyak, berkeliling dunia, termasuk Indonesia, untuk belajar dan berbagi peluang kepada kaum muda. Dan saya sangat menyukai pekerjaan saya. Ketika saya pensiun, saya berharap bisa membantu para pemuda, khususnya perempuan, untuk menjadikan mereka luar biasa.
Simak artikel perempuan di bidang teknologi lainnya dan kabar terbaru dari Susie Armstrong hanya di kanal Tekno Tempo.co.