Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Bandung - Karya pemenang Nobel Fisika 2024 menjadi fondasi dan invensi hingga memunculkan machine learning dan artificial neural network dalam teknologi kecerdasan buatan (AI) yang digunakan sekarang. Teknologi AI kemudian berkembang sejak mulai dikenal pada 1990-an dan booming ketika muncul prosesor dengan densitas atau kerapatan yang tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Guru Besar Fisika Komputasi di Universitas Padjadjaran, Yudi Rosandi, menuturkan itu kepada Tempo, usai acara Satu Jam Berbincang Ilmu atau Sajabi secara daring, Sabtu 26 Oktober 2024. “Penemuannya itu jaringan saraf tiruan, bagaimana membuat program mengikuti cara kerja saraf pada otak,” kata dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Yudi menerangkan, model yang dikembangkan John Hopfield, salah satu penerima nobel itu, menganalogikan sebuah logika untuk menyimpan memori dalam bentuk sel saraf. Ketika datang masukan, diproses, lalu dikirimkan serat panjang dan tipis (axon, akson) hingga menjadi keluaran atau output. "Hopfield pada gagasan awalnya juga membawa model Ising dalam fisika," katanya lagi.
Menurut dia, model itu menggunakan teknik simulasi Monte Carlo untuk mengetahui bagaimana kemagnetan atom terjadi yaitu pada sel magnet yang terpengaruh tetangganya kemudian menjadi satu klaster dari material yang termagnetisasi. “Ini yang dibawa Hopfield sebagai gagasan awalnya untuk menyimpan informasi,” katanya.
Hopfield diumumkan sebagai pemenang Nobel Fisika 2024 bersama Geoffrey Hinton. Gagasan Hopfield dikembangkan oleh Hinton yang memunculkan Boltzmann Machine yang mempunyai fleksibilitas karena ada aspek stokastik yaitu probablitas atau peluang dalam sistem jaringannya. “Fleksibilitas memungkinkan adanya proses sistem untuk belajar hal yang baru,” kata Yudi.
Royal Swedish Academy of Sciences mengumumkan pemenang Nobel Fisika 2024 pada 8 Oktober lalu. Yudi mengungkapkan bahwa sebagian kalangan mempertanyakan penghargaan Nobel Fisika tahun ini untuk karya ilmiah yang dinilai tidak terlalu fisika. “Pada pengaplikasian jaringan syaraf tiruan (ANN) atau machine learning memang tidak menggunakan kaidah fisika yang benar akan tetapi sifatnya lebih empirik atau terapan,” ujarnya.