Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia memiliki kondisi tanah yang beragam. Kontur tanah lunak banyak ditemui karena faktor geografisnya. Hal itu sempat menjadi kendala pembangunan. Namun kendala itu mendorong ditemukannya teknik pondasi cakar ayam. Bagaimana kisahnya ?
Si Kancil Penemu Cakar Ayam
Menurut laman ftik.itpln.ac.id, penemu teknik cakar ayam adalah Sedyatmo. Ia lahir di Desa Karangpandan, Jawa Tengah pada 24 Oktober 1909. Sedyatmo merupakan putra ketiga Raden Mas Panji Hatmo Hudoyo dengan R. Ayu. Sarsani Mangunkusumo.
Saat dilahirkan, Sedyatmo memiliki nama kecil Raden Mas Sarwanto. Ketika berusia beberapa bulan, ia menderita sakit yang cukup lama sehingga membuatnya harus mengganti nama. Orang tuanya kemudian memberikan nama baru R.M Sedyatmo. Nama Sedyatmo diambil dari kata Sedia dan Atmo yang artinya sedia, sanggup atau mau dan Atmo yang artinya anak.
Melalui nama baru tersebut, kedua orang tuanya mengharapkan Sedyatmo kelak menjadi anak yang baik dan berguna bagi masyarakat, bangsa dan negaranya. Beberapa tahun kemudian, doa tersebut benar benar menjadi kenyataan.
Sedyatmo menempuh pendidikan di MULO atau Meer Uitgebreid Lager Onderwijs, pendidikan setingkat SMP di Surakarta. Selama belajar di MULO, ia bergabung dengan kelompok kepanduan yang sekarang menjadi pramuka.
Setelah menamatkan pendidikan di MULO, ia melanjutkan pendidikan di Algemene Middel-bare School atau AMS yang merupakan pendidikan setingkat SMA di Yogyakarta. Di AMS, ia sering menjadi juara di arena olahraga.
Namun keberuntungan juga tidak selalu berpihak kepadanya. Pada tahun 1930 saat Pemerintah Belanda mengumumkan pemberian beasiswa kepada pelajar–pelajar Indonesia untuk belajar di Technishe Hogeschool de Bandoeng THS, ia gagal. Kendati telah belajar ekstra keras, Sedyatmo muda tak lolos seleksi.
Ditengah rasa putus asa berkat kegagalan lolos seleksi, rupanya nasib baik masih berpihak kepadanya. Tanpa sepengetahuannya, seorang guru yang pernah beradu pendapat dengannya dan mengatakan bahwa bumi itu bulat memberikan jaminan kepada rektor THS bahwa Sedyatmo sesungguhnya mampu meskipun nilai rata-ratanya rendah.
Pernyataan dan jaminan dari seorang guru AMS Yogyakarta inilah yang kemudian mengantarnya masuk THS yang sekarang dikenal sebagai Institut Teknologi Bandung alias ITB. Sedyatmo masuk di THS bersama dengan Abdul Mutholib Danuningrat, putra Bupati Purworejo, Danunegoro.
Sedyatmo kemudian meraih gelar Insinyur miliknya pada 1934. Setelah lulus Sedyatmo memilih kembali ke Mangkunegaran dan bekerja sebagai insinyur perencanaan di berbagai instansi pemerintahan.
Penemuan Pondasi Cakar Ayam
Baca : Pondasi Tahan Gempa dari Shock Breaker Motor Karya Mahasiswa UGM
Lahirnya ide kreatif teknik cakar ayam sejatinya berawal dari kesulitan tenaga pelaksana konstruksi menghadapi tanah lunak. Membuat pondasi di lahan lunak memang sulit dilakukan. Hal tersebut juga dialami Sedyatmo ditahun 1962, saat ia menjadi pejabat di PLN ditugaskan memimpin proyek pembangunan tujuh menara listrik tegangan tinggi di daerah rawa-rawa di kawasan Ancol, Jakarta.
Saat itu, para tenaga ahli dan pelaksana proyek yang ditugaskan bersamanya mengalami banyak kesulitan untuk melaksanakan pembangunan menara listrik tegangan tinggi tersebut. Setelah bekerja keras dengan mengerahkan segala kemampuan mereka hanya berhasil membangun dua menara.
Meskipun telah mengerahkan segala cara mereka akhirnya mengalami jalan buntu untuk menyelesaikan lima menara lainnya mengingat kelabilan lahan yang merupakan daerah rawa-rawa. Disisi lain proses konstruksi dua menara sebelumnya yang dibangun dengan sistem pondasi konvensional telah benar-benar menguras tenaga, biaya dan waktu konstruksi yang lama.
Ketegangan tim semakin memuncak mengingat keberadaaan menara-menara listrik tersebut sangat diperlukan. Sebab, menara-menara itu menjadi sarana penyaluran aliran listrik dari pusat tenaga listrik di Tanjung Priok ke Gelanggang Olah Raga Senayan yang saat itu akan dijadikan tempat penyelenggaraan pesta olah raga Asian Games 1962.
Dalam situasi genting itu, Sedyatmo melahirkan ide pondasi cakar ayam. Melalui konsep ini menara dibangun di atas pondasi yang terdiri dari plat beton yang didukung pipa-pipa beton di bawahnya.
Pipa dan plat yang melekat, menyatu dan mencengkeram dengan sangat kuat ditanah lembek mirip cara kerja cakar ayam ini terbukti mampu mengatasi masalah yang dihadapai timnya sehingga tugas berat tersebut dapat diselesaikan tepat waktu. Alhasil, lima menara dapat berdiri kokoh, kuat dan tepat waktu.
Sedyatmo dikenal gigih dan punya disiplin yang tinggi dalam bekerja. la juga kaya akan gagasan-gagasan inovatif. Maka tak heran jika ia mendapat julukan “si Kancil”, karena etos kerjanya yang tinggi dan dikenal banyak akal. Dalam perjalanan karir dan pengabdiannya sebagai Insinyur, bangsa Indonesia telah mencatat mahakaryanya melalui Konstruksi Cakar Ayam yang digagasnya pada 1962.
Diakui Mancanegara
Konstruksi Cakar Ayam yang diperkenalkan Sedyatmo di tahun 1962 telah dipatenkan secara nasional maupun internasional. Sistem pondasi cakar ayam ini juga telah dikenal dibanyak negara, bahkan telah mendapat pengakuan paten internasional di 11 sebelas negara seperti Indonesia, Jerman Timur, Inggris, Perancis, Italia, Belgia, Kanada, Amerika Serikat, Jerman Barat, Belanda dan Denmark.
Tidak sedikit bangunan yang telah menggunakan sistem pondasi ini. Contohnya adalah ratusan menara PLN tegangan tinggi, hangar pesawat terbang dengan bentangan 64m di Jakarta dan Surabaya, antara runway dan taxi way serta apron Bandara Sukarno-Hatta Jakarta, jalan akses Pluit- Cengkareng, pabrik pupuk di Surabaya, kolam renang dan tribune di Samarinda serta ratusan bangunan gedung bertingkat di berbagai kota di Indonesia.
DANAR TRIVASYA FIKRI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini