Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Mesin pencacah rumput bertenaga matahari.
Idenya dari obrolan dengan peternak sapi.
Membantu peternak sapi dan domba menghemat listrik.
TIM mahasiswa Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) menciptakan mesin pencacah rumput bertenaga matahari. Inovasi itu berhasil diaplikasikan ketika mereka melaksanakan kuliah kerja nyata di Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur, akhir Agustus lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fredy Riko Alamsyah, salah satu mahasiswa yang membuat inovasi ini, mengatakan ide inovasi ini muncul tak sengaja. Secara kebetulan ada anggota tim yang makan soto di warung bersama dengan seorang peternak sapi. "Peternak itu bilang bahwa sapi lebih mudah melahap rumput yang sudah tercacah," tutur Fredy, Rabu, 15 September lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Obrolan ringan itulah yang menginspirasi mereka membuat mesin pencacah rumput yang menggunakan energi panas matahari. Menurut Fredy, mesin pencacah rumput yang ada umumnya memakai bahan bakar solar atau bensin. "Polusi udaranya besar. Padahal kita kan harus mulai mengurangi emisi gas buang agar ramah lingkungan," ujarnya.
Dibimbing lima dosen, Fredy dan kawan-kawan mulai mendesain inovasi itu di laboratorium konversi energi di kampus. Pembuatan rancangan itu sempat tersendat karena terhambat masalah kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Laboratorium pun ditutup. Agar kegiatan bisa jalan terus, mereka mengerjakan rancangan di rumah dosen pembimbingnya.
Fredy mengatakan ia dan kawan-kawannya tidak mengalami kesulitan soal pendanaan karena disokong penuh oleh ITS. Belanja bahan-bahannya, baik untuk panel surya maupun buat alat pencacah, dilakukan secara online. "Yang paling mahal beli inverter panel surya," katanya.
Awalnya panel surya hanya untuk pencacah rumput, lalu ada ide mengintegrasikannya ke instalasi listrik Perusahaan Listrik Negara. Pasalnya, penyerapan tenaga surya untuk dikonversikan ke listrik dilakukan selama sehari. Adapun mesin pencacah rata-rata dioperasikan hanya dua jam. Simpanan energi di panel surya bisa disalurkan untuk menyalakan lampu kandang.
Cara kerja inovasi ini sederhana. Sinar matahari dikonversi melalui panel surya menjadi energi listrik arus searah (DC) lalu dimasukkan ke circuit breaker (CB) yang berfungsi sebagai pengaman panel surya tersebut. Karena panel surya ini dipasang di atap rumah, diperlukan alat pengaman tambahan berupa arrester untuk melindungi panel surya dari sambaran petir.
Selanjutnya output dari CB mengalir ke dalam inverter yang mengkonversi arus DC menjadi arus bolak-balik (AC). Tujuannya, menyeimbangkan input panel surya yang tidak stabil. Dari sini output-nya masuk ke CB lagi, tapi CB khusus tegangan arus AC. "Jadi CB ini untuk menyeimbangkan arus yang tidak stabil," ujarnya.
Dari CB AC, daya listrik langsung masuk ke grid PLN dan dapat membantu beban daya di rumah. Dengan begitu, jika ada lampu rumah menyala, sesungguhnya energi itu disuplai dari cadangan di panel surya. Nah, untuk mengoperasikan mesin pencacah, mesin tinggal dihubungkan ke colokan listrik di kandang.
Untuk pencacah rumput, tim ITS membuatnya secara portabel sehingga mudah didorong ke mana-mana. Alat pencacah itu sudah dicoba di peternakan sapi perah. Peternak mengatakan hasilnya lebih lembut daripada mesin pencacah bertenaga diesel. "Karena punya kami ada pemukulnya. Jadi dicacah dulu lalu dilembutkan dengan pemukul itu," ujar Fredy.
Fredy mengatakan, selain untuk pakan sapi, mesin pencacah itu cocok buat pakan domba. Saat ini, alat itu masih diobservasi apakah benar-benar bisa menghemat listrik. Alat ini baru dipasang di rumah warga akhir Agustus lalu. Mereka ingin membandingkan tagihan rekening Juli dengan Agustus. "Pengembangan ke depan sebenarnya lebih pada alat pencacah. Kami masih menunggu apakah ada keluhan dari peternak," tuturnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo