Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Biopestisida dari Limbah Kayu dan Mimba

Peneliti membuat biopestisida campuran asam piroligna dari limbah kayu dan minyak mimba. Hasil pengujian menunjukkan hasil baik untuk mengusir hama wereng.

14 Agustus 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Biopestisida dari Limbah Kayu dan Mimba/Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Peneliti LIPI membuat biopestisida cair dari limbah pertanian yang dicampur dengan minyak mimba.

  • Berdasarkan pengujian, biopestisida ini terbukti berhasil mengusir hama wereng.

  • Masih perlu dikembangkan untuk membuat biopestisida dalam bentuk padat dan melihat dampak baiknya terhadap tanaman.

PENGEMBANGAN pestisida yang efektif, aman, dan ramah lingkungan menjadi tantangan bagi peneliti. Penggunaan bahan kimiawi yang berlebihan akan berdampak buruk bagi lingkungan dan manusia. Kebutuhan inilah yang mendorong Peneliti Ahli Madya Pusat Penelitian Biomaterial Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Arief Heru Prianto mengembangkan biopestisida dari asam piroligna dan minyak biji mimba (neem oil).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Heru, penelitian soal ini sebenarnya dilakukan sejak 2014. Waktu itu penelitian dilakukan terpisah antara asam piroligna dan minyak biji mimba. Yang terbaru, akhir 2020, ia sudah mengombinasikan kedua bahan itu untuk menjadi pengusir serangga. “Ternyata ada sinergi dengan dicampur itu dan meningkatkan efektivitasnya,” katanya, Sabtu, 17 Juli lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Asam piroligna merupakan hasil pirolisis dari bahan lignoselulosa yang dihasilkan dari proses karbonasi limbah material lignoselulosa. Limbah lignoselulosa ini diambil dari hasil pertanian dan perkebunan, seperti sekam, batang kayu, dan tempurung kelapa. Bahan-bahan ini diketahui memiliki sifat anti-insektisida, disinfektan, herbisida, antioksidan, dan antibakteri.

Minyak mimba (neem oil) merupakan ekstrak dari tumbuhan mimba atau neem atau nimba (Azadirachta indica A. Juss). Minyak ini memiliki potensi cukup besar sebagai alternatif biopestisida yang aman bagi lingkungan dan manusia. Mimba merupakan tumbuhan yang diketahui memiliki bioaktif yang berfungsi sebagai bioinsektisida, yang bisa memicu kematian serangga dan menjadi pengusir hama.

Heru mengatakan kedua bahan ini sama-sama dikenal sebagai pengusir serangga. Namun keduanya punya sejumlah kelemahan. Efektivitas Asam piroligna lebih kecil jika dipakai untuk mengusir serangga. Sedangkan minyak mimba tak bisa tumbuh di sembarang tempat dan itu bisa menyulitkan jika akan diproduksi massal. Selain itu, konsentrasi besar minyak ini bisa meracuni tanaman.

Biopestisida dari asam piroligna dan minyak biji mimba pernah diuji coba pada 2019 di Kalimantan saat pengujian tanaman padi. Di lahan sekitar 25 hektare itu, ditanam padi jenis gogo, pupuknya dari kolega peneliti LIPI lain, dan diberi biopestisida ini. Hasilnya, biopestisida ini cukup baik dalam mengusir hama wereng. “Sewaktu di Kalimantan itu target utamanya terhadap hama wereng,” ucap Heru.

Sebelum uji coba di lapangan, kata Heru, ia sudah melakukannya di laboratorium lapangan LIPI di Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Di lahan sekitar 2.000 meter persegi itu, ia awalnya menyemprotkan pestisida kimia untuk mengusir hama wereng. Ternyata hama tidak hilang 100 persen. Setelah disemprot memakai biopestisida ini, hama wereng pergi keesokan pagi.

Menurut Heru, biopestisida ini bisa berfungsi mengusir sekitar 200 serangga. Namun, karena keterbatasan waktu, pengujian baru dilakukan terhadap sejumlah serangga. Salah satunya hama wereng. Metodenya juga baru pada tahap penyemprotan batang dan daun. Banyak sekali pengujian yang dibutuhkan. Kalau diuji terhadap semua serangga, butuh waktu lama. Termasuk sumber daya yang dibutuhkan.

Heru menambahkan, biopestisida ini masih terus dikembangkan. Prototipe yang sudah jadi adalah yang berbentuk cair. Paten untuk temuan ini sudah didaftarkan pada Februari lalu dan tiga bulan kemudian keluar nomornya. Sudah ada mitra perusahaan yang berencana memproduksinya. “Biar hasil penelitian ini bisa termanfaatkan,” ujarnya.

Pengembangan yang sedang dilakukan terhadap biopestisida ini, kata Heru, adalah mencoba melihat aplikasi-aplikasi yang paling baik dipakai untuk mengusir serangga, selain menyemprotkan ke batang dan daun seperti yang sudah diuji saat ini. Ia juga masih ingin melihat efeknya pada tanaman. Biopestisida ini memperbesar tanaman karena mengandung unsur hara makro dan mikro. Hal lain yang masih dilakukan LIPI adalah membuat biopestisida dalam bentuk padat.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Abdul Manan

Abdul Manan

Meliput isu-isu internasional. Meraih Penghargaan Karya Jurnalistik 2009 Dewan Pers-UNESCO kategori Kebebasan Pers, lalu Anugerah Swara Sarasvati Award 2010, mengikuti Kassel Summer School 2010 di Jerman dan International Visitor Leadership Program (IVLP) Amerika Serikat 2015. Lulusan jurnalisme dari kampus Stikosa-AWS Surabaya ini menjabat Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen Indonesia 2017-2021.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus