Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Sempat 7 Kali Gagal Raih Beasiswa, Ini Tips dari Penerima Fulbright

Alumni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (UNAIR) Imamatul Khair, penerima beasiswa Fulbright membagikan tips agar bisa lolos beasiswa.

20 April 2022 | 07.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Penampakan Super Blue Blood Moon di atas patung Liberty, Brooklyn, New York, 31 Januari 2018. AP Photo/Julio Cortez

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Alumni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (UNAIR) Imamatul Khair, penerima beasiswa Fulbright membagikan tips agar bisa lolos beasiswa. Imamatul mengambil studi S2 di Bilingual, ESL, and Multicultural Education University of Massachusetts di Amherst, Amerika Serikat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Langkah awal yang perlu dilakukan, kata Imamtul, adalah pahami dengan baik penyelenggara beasiswa yang diincar. Beasiswa Fulbright didanai oleh the United States Department of State dan dikelola oleh The American-Indonesian Exchange Foundation (AMINEF). Beasiswa Fulbright sudah dikenal di lebih dari 155 negara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Beasiswa ini juga merupakan beasiswa yang prestigious dan fully funded. Jadi kita tidak perlu bingung untuk mencari biaya lain-lain karena semuanya gratis,” jelas Imamatul seperti dikutip di laman resmi UNAIR pada Rabu, 20 April 2022.

Setelah paham penyelenggara beasiswa, Imamatul mengatakan kenali program studi dan universitas tujuan. Imamatul menjelaskan bahwa alasannya memilih mendaftar beasiswa Fulbright karena beasiswa ini menyedikan prodi dan universitas impiannya.

“Memilih prodi itu lama sekali prosesnya karena harus mempertimbangkan berbagai macam hal. Termasuk, apakah bisa bermanfaat untuk Indonesia jika ilmunya dibawa kembali ke Indonesia,” jelas Imamatul.

Untuk menarik perhatian penyelenggara beasiswa, Imamatul mengatakan salah satunya bisa dilakukan dengan berorganisasi. Selama kuliah S1, Imamatul mengaku aktif di sejumlah organisasi yang relevan dengan program studi yang dia inginkan.

Kegiataan organisasi yang dia jalani terkait dengan pengabdian masyarakat. Dia juga memilki prestasi lain yang juga dapat mendukungnya meraih beasiswa Fulbright. Imamatul terpilih sebagai mahasiswa berprestasi pada 2017.


Selain aktif di bidang non-akademik, kata Imamatul, keaktifan di dunia akademik juga harus dipersiapkan. Sebab, ada tes akademis yang dilakukan dalam proses seleksi. Begitu pula untuk TOEFL IBT, kata Imamatul, harus dipersiapkan jauh-jauh hari agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

“Kalau interview sendiri sebenarnya lebih ke rajin-rajin nyari tutorial di internet aja. Karena interview-nya melibatkan dosen hingga direktur, sehingga perlu strategi menjawab yang diplomatis,” jelas Imamatul.

Tips terakhir adalah jangan lekas menyerah. Beasiswa Fulbright bukan beasiswa pertama yang dicoba oleh Imamatul, melainkan percobaan yang ke-8. Imamatul berpesan kepada para pejuang beasiswa agar tidak mudah menyerah dalam memperjuangkan beasiswa. “Kalau sekarang belum lolos coba lagi tahun depan. Kalau beasiswa yang pertama belum lolos, coba beasiswa lainnya,” pungkas Imamatul. 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus