Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Bogor - Unit Pengelola Bendung atau UPB Ciawi-Sukamahi akhirnya buka suara perihal efektivitas fungsi bendungan kering (drydam) kembar yang dibangun dan diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2022 lalu itu. Banyak kalangan mempertanyakannya setelah banjir di hilir Sungai Ciliwung, dari Bogor sampai Jakarta, tetap terjadi saat hujan lebat turun di kawasan Puncak pada awal Maret lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dalam kejadian hujan lebat di kawasan Puncak pada Ahad, 6 April 2025, tinggi muka air (TMA) di Bendung Katulampa, Kota Bogor, juga cepat naik ke status Siaga 4. Itu satu level saja di bawah status saat hujan lebat awal Maret.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut Kepala UPB Ciawi-Sukamahi Vicky Aswady Suyana, kedua bendungan berfungsi baik mereduksi potensi banjir Ciliwung. Dia mengklaim kemampuan mereduksi sampai dua juta meter kubik air yang setara dengan tinggi muka air 29 meter di area genangan air bendungan.
Klaim keberhasilan kemampuan itu merujuk ke kejadian banjir Jabodetabek awal Maret lalu. Dia membandingkan intensitas hujan pada 2 dan 4 Maret itu dengan hujan pada akhir 2019 menjelang Tahun Baru 2020.
Lima tahun lalu, sebelum ada dua bendungan Ciawi-Sukamahi, Vicky menyebutkan kalau TMA Bendung Katulampa langsung berstatus Siaga I atau Awas. "Namun kemarin, setelah bendungan ini terbangun dan beroperasi, TMA Katulampa berada di level 3. Artinya bendungan ini berfungsi," kata Vicky kepada Tempo pada Rabu, 9 April 2025.
Vicky menerangkan, Bendungan Ciawi-Sukamahi bekerja berbeda dari bendungan umumnya. Bendung Ciawi-Sukamahi akan terisi air hanya jika terjadi luapan air di Sungai Ciliwung. Kapasitas penuhnya hingga 6 juta meter kubik dengan ketinggian muka air hingga 51 meter. Namun, jika tidak ada luapan, maka air sungai Ciliwung akan normal seperti biasanya atau tidak tertahan di bendungan.
Versi Vicky, "Kekeliruan warga soal operasional Bendungan Ciawi-Sukamahi karena kapasitas bendungan tidak terisi penuh dari total kapasitasnya dan hanya menampung dua juta air yang dihasilkan oleh hujan yang turun di hulu Ciliwung atau kawasan Puncak."
Kepala Unit Pengelola Bendung Ciawi-Sukamahi Vicky Aswady Suyana (kiri), di Ciawi, Kabupaten Bogor, Rabu, 9 April 2025. Vicky menjelaskan peran drydam kembar dalam mereduksi banjir Ciliwung di Jabodetabek pada awal Maret lalu. Tempo/M.A. Murtadho
Dituturkannya, bendungan kering itu memiliki dua conduit (saluran pengelak mirip gorong-gorong) dan satu stop log. Conduit yang satu terbuka dan berfungsi mengalirkan air sungai secara normal. Conduit kedua tertutup untuk menahan laju air jika terjadi luapan.
Saat hujan intensitas tinggi pada awal Maret, conduit itu disebutkan Vicky terendam hingga hanya bagian atasnya saja yang terlihat. Hal itu, menurutnya, menunjukkan bendungan berfungsi dan mampu mereduksi air. "Menahan air sebelum sampai ke Katulampa hingga seterusnya sampai sodetan Ciliwung dan Pintu Air Manggarai," kata Vicky.
Adapun TMA Katulampa tetap naik hingga berstatus Siaga 3 disebabkan oleh aliran dua anak Sungai Ciliwung yakni Ciesek dan Ciseupan. Keduanya, kata Vicky, belum memiliki bendung penahan air dan pertemuan dua anak sungai itu ke Ciliwung di luar area Bendung Ciawi-Sukamahi.
"Ya semoga ke depan di aliran dua anak sungai itu juga dibuat semacam bendungan untuk mengendalikan air sebelum sampai ke Katulampa," kata Vicky.
Pilihan Editor: 2 Gempa Dangkal yang Guncang Bogor Dipicu Sesar Aktif