Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Para peneliti dari Massachusetts Institute of Technology dan Brigham and Women's Hospital di Boston, Amerika Serikat, telah membuat masker N95 unik. Masker itu dapat dipakai ulang karena kekhawatiran kekurangan masker selama pandemi virus corona Covid-19.
Saat ini masih dalam bentuk prototipe, tapi masker itu diklaim berfungsi menyaring partikel virus dengan baik ketika diuji dalam laboratorium. "Salah satu hal utamanya adalah untuk membantu memenuhi permintaan, kami harus benar-benar membatasi diri pada metode yang dapat berkembang," kata Giovanni Traverso, asisten profesor teknik mesin di MIT, seperti dikutip dari Fox News, Kamis 23 Juli 2020.
Masker yang dikenal sebagai Injection Molded Autoclavable, Scalable, Conformable atau iMASC itu terbuat dari silikon dan memiliki ruang untuk satu atau dua filter N95. Bahan N95 dapat dengan mudah ditukar dengan lebih banyak bahan lain dan masker bisa disterilkan untuk digunakan kembali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami juga ingin memaksimalkan penggunaan kembalidan kami menginginkan sistem yang dapat disterilkan dengan berbagai cara," kata Traverso yang juga ahli gastroenterologi di Brigham and Women’s Hospital.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Supermodel Bella Hadid tampak mengenakan masker N95 saat berada di pesawat. Foto yang diunggah ke akun Instagramnya pada 24 Februari tersebut menunjukkan cara adik dari Gigi Hadid itu untuk tetap aman di tengah penyebaran virus Corona. instagram.com/bellahadid
Masker iMASC disebutnya dapat disterilkan dengan beberapa cara berbeda: sterilisasi uap, memanaskan dalam oven, atau direndam dalam campuran pemutih dan alkohol lalu digosok. Kelompok 20 petugas medis disebut telah menguji mengenakan masker itu dan menemukannya nyaman digunakan dan mengaku merasa lebih bugar.
Para peneliti sedang mengerjakan versi kedua dari masker, menggunakan umpan balik dari para petugas kesehatan saat pandemi berlanjut. "Saya pikir akan selalu ada kebutuhan untuk masker, apakah itu di pengaturan perawatan kesehatan atau di masyarakat umum," kata anggota tim peneliti James Byrne menambahkan.
FOX NEWS | MIT