Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Tak ada kata terlambat untuk berhenti merokok. Inilah pesan dari studi terbaru yang dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Toronto, yang dimuat di phys.org.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Penelitian yang dipublikasikan di NEJM Evidence 8 Februari 2024 menunjukkan bahwa perokok yang berhenti merokok sebelum usia 40 tahun dapat berharap untuk hidup hampir sepanjang hidup mereka yang tidak pernah merokok.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Mereka yang berhenti merokok pada usia berapa pun akan hampir mencapai tingkat kelangsungan hidup orang yang tidak pernah merokok 10 tahun setelah berhenti, dan sekitar separuh manfaat tersebut diperoleh hanya dalam waktu tiga tahun.
"Berhenti merokok sangatlah efektif dalam mengurangi risiko kematian, dan orang-orang dapat memperoleh manfaatnya dengan sangat cepat," kata Prabhat Jha, profesor yang juga direktur eksekutif dari Pusat Penelitian Kesehatan Global di Unity Health Toronto.
Studi observasional ini melibatkan 1,5 juta orang dewasa di empat negara (Amerika Serikat, Inggris, Kanada, dan Norwegia), yang diikuti selama 15 tahun.
Hasil observasi menunjukkan bahwa perokok berusia antara 40 dan 79 tahun memiliki risiko kematian hampir tiga kali lipat dibandingkan mereka yang tidak pernah merokok. Artinya, rata-rata mereka kehilangan 12 hingga 13 tahun kehidupannya.
"Banyak orang yang menganggap sudah terlambat untuk berhenti merokok, apalagi di usia paruh baya," kata Jha. "Tetapi hasil ini bertentangan dengan pemikiran tersebut. Tidak ada kata terlambat, dampaknya cepat dan Anda dapat mengurangi risiko berbagai penyakit utama, sehingga kualitas hidup lebih lama dan lebih baik."
Para peneliti menemukan bahwa berhenti merokok mengurangi risiko kematian khususnya akibat penyakit pembuluh darah dan kanker. Mantan perokok juga mengalami penurunan risiko kematian akibat penyakit pernafasan, namun sedikit berkurang kemungkinan besar disebabkan oleh kerusakan paru-paru yang tersisa.
Saat ini terdapat sekitar 60 juta perokok di empat negara yang terlibat dalam penelitian ini, dan lebih dari satu miliar perokok di seluruh dunia. Tingkat merokok global telah menurun lebih dari 25 persen sejak tahun 1990, namun tembakau masih menjadi penyebab utama kematian yang dapat dicegah.
Prabhat Jha mengatakan temuan ini harus menambah urgensi upaya pemerintah untuk mendukung masyarakat yang ingin berhenti merokok.