Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TIM dosen dan mahasiswa Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB) membuat masker model baru yang diberi nama VitaFlo di Laboratorium Energi Terbarukan. Inovasi ini menyatukan tiga fungsi alat pelindung diri (APD), yaitu masker, kacamata (goggle), dan pelindung wajah (face shield) dalam topeng transparan. Lazim dikenal sebagai powered air-purifying respirator, alat ini dilengkapi mesin pemasok udara berukuran kecil di bagian punggung atau pinggang. Tujuannya agar pemakai bisa bernapas dengan nyaman dan aman dari ancaman patogen di sekitarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gagasan pembuatan alat ini muncul dari ketua tim Yuli Setyo Indartono. Dia mengaku prihatin melihat tenaga medis dan kesehatan memakai tiga lapis APD saat menangani pasien Covid-19. Cara itu dinilainya tidak praktis, membuat pengap, dan tidak nyaman. Bersama mahasiswa strata-2 ITB, yaitu Ivan Farozan, Muhammad Azka, dan Wildan Rahmawan, ia lantas menggarap purwarupanya. Karya perdananya diperkenalkan pada April lalu, kemudian September ini meluncur versi terbarunya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
VitaFlo terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu topeng dan alat pemasok udara. Prinsip kerja dan fungsinya seperti peralatan untuk menyelam. Bentuk topeng yang transparan, kata Yuli, terinspirasi dari masker full face untuk penyelaman permukaan (snorkel). Sementara snorkel di lautan harus kedap air, topeng VitaFlo harus kedap dari udara luar. Agar udara dari embusan napas pengguna tidak terperangkap di dalam topeng, ada lubang untuk saluran pembuangan dekat mulut. “Lubang itu dilapis filter N95 untuk menyaring udara ke luar,” ucapnya, Ahad, 19 September lalu.
Adapun udara untuk bernapas bagi pemakai alat ini berasal dari mesin kecil yang digendong di punggung. Mesin seukuran kotak nasi itu berisi blower yang memasok udara dan baterai. Blower juga dilapis dengan filter N95 agar udara dari sekitar yang masuk dan dialirkan ke topeng bersih dari virus atau bakteri penyakit. Penyaluran udara ke topeng yang bertekanan positif itu melalui slang khusus untuk medis.
Menurut Yuli, aliran udara yang masuk menyebabkan tekanan udara lebih tinggi di dalam daripada di luar topeng. “Kondisi itu mencegah kontaminasi bakteri atau virus masuk dari luar,” ujarnya. Klaim itu dibuktikan dengan hasil pengujian di laboratorium Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB. Efektivitas penyaringannya mencapai 99,9 persen pada bakteri berukuran 0,5-2 mikrometer (mikron) dan 97 persen untuk partikel kurang dari 0,1 mikron atau seukuran virus.
Serangkaian pengujian itu merupakan kebaruan VitaFlo dari purwarupa sebelumnya. Tim juga mengganti baterai dan slang medis dengan yang berkualitas lebih baik. Selain itu, tim merapikan rangkaian komponen elektronika di mesin dengan memasang papan sirkuit cetak (PCB).
Durasi pemakaian, kata Yuli, selama lima setengah jam, sesuai dengan kekuatan baterai yang bisa diisi ulang. Tim telah menyematkan indikator yang menunjukkan sisa energi di baterai dalam bentuk angka persen pada layar kecil. Untuk penggantian filter N95 di mesin disesuaikan dengan pemakaian. “Tandanya gampang. Kalau terasa pengap karena debit udaranya berkurang, filter harus diganti,” tuturnya.
ITB berencana menghibahkan 20 unit VitaFlo kepada beberapa rumah sakit di Indonesia sebagai dukungan terhadap penanganan pandemi Covid-19. Selain dapat dipakai di layanan kesehatan yang terkait dengan Covid-19, alat ini bisa digunakan pekerja industri. “Terutama yang sering terpapar debu dan partikel berbahaya,” kata Yuli. Alat ini bisa menyaring partikel-partikel berukuran kecil dengan baik lewat penggunaan filter khusus industri.
Yuli mengatakan hasil riset inovasi itu untuk sementara akan diproduksi bersama PT Rekayasa Inovasi ITB. “Kami masih mencari mitra perusahaan untuk produksi massal VitaFlo,” ucap Yuli. Berdasarkan hitungan tim, harga jual VitaFlo ditaksir sekitar Rp 6 juta per unit.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo