Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Chelsea menjadi tim paling jorjoran dalam berbelanja pemain pada bursa transfer musim panas ini. Klub asal London itu tercatat telah mengeluarkan dana sebesar 232,2 juta euro atau sekitar Rp 3,9 triliun dalam waktu satu bulan terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dana sebesar itu dikeluarkan Chelsea untuk mendatangkan empat pemain saja karena Malang Sarr dan Thiago Silva didapatkan dengan bebas transfer. Gelandang Kai Havertz mencatatkan rekor pembelian termahal dalam sejarah Chelsea.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Klub milik miliarder Rusia Roman Abramovich itu harus membayar 80 juta euro kepada Bayer Leverkusen untuk mendatangkan Havertz. Nilai itu bisa bertambah karena terdapat klausa bonus dengan total 20 juta euro jika Havertz memenuhi sejumlah persyaratan nantinya.
Nilai transfer Chelsea diprediksi masih akan membengkak pada bursa transfer kali ini. Pasalnya mereka masih mengincar dua pemain lagi. Media Inggris Football London bahkan memprediksi Chelsea bisa melampaui rekor pengeluaran terbesar mereka dalam satu musim bursa transfer.
Aktivitas transfer Chelsea tersebut membuat banyak pihak mengernyitkan dahi. Pasalnya mereka tampak menjadi klub yang tak terdampak krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19. Real Madrid, klub yang disebut sebagai terkaya di dunia, saja belum mengeluarkan sepeser uang pun pada bursa transfer musim panas ini.
Apa yang dilakukan Chelsea sebenarnya tak mengherankan jika kita melihat kekayaan Roman Abramovich. Menurut majalah Forbes, pria yang akan berusia 54 tahun bulan depan tersebut merupakan orang terkaya nomor 113.
Total harta bersih Abramovich disebut mencapai 12,5 miliar dolar Amerika atau sekitar Rp 183,7 triliun. Laman bussines insider bahkan menaksir kekayaan Abramovich sebenarnya bisa mencapai 16 miliar dolar Amerika atau sekitar Rp 235 triliun.
Nilai itu bahkan sudah berkurang. Pada 2008, kekayaan Abramovich disebut mencapai 23,5 miliar dolar Amerika. Menurut Bloomberg, sumber kekayaannya terbentang sebagian besar di pertambangan. Dia disebut memilki banyak tambang mulai dari minyak, aluminium hingga nikel.
Pria yang membeli Chelsea pada 15 tahun lalu itu kini diketahui sebagai pemilik perusahaan besi dan baja kedua terbesar di Rusia, Evraz. Dia juga masih memiliki saham di perusahaan minyak Sibneft meskipun sudah menjual 70 persen di antaranya.
Selain itu, Roman Abramovich juga disebut sebagai pemegang saham mayoritas produser nikel terbesar di dunia, Norilsk Nickel.
Tak hanya di pertambangan, Abramovich juga memiliki saham di perusahaan penerbangan Rusia Aeroloft dan National Reserve Bank Rusia. Selain itu dia juga merambah dunia perhotelan dengan mendirikan Stamford Bridge Millennium Hotel.
Sementara Chelsea sendiri dianggap belum menjadi mesin uang bagi Roman Abramovich. Klub asal London itu bahkan masih terus menjadi pembakar uang si taipan minyak.
Laporan keuangan Chelsea tahun lalu menyebutkan bahwa klub asal London itu masih menderita kerugian hingga 48 juta dolar Amerika. Padahal musim lalu mereka tak melakukan pembelian pemain karena mendapat hukuman dari Badan Sepak Bola Eropa, UEFA.
Tahun ini pendapatan Chelsea diprediksi terpangkas dengan masalah ekonomi yang disebabkan pandemi Covid-19. Mereka dipastikan kehilangan pendapatan dari penjualan tiket karena banyak laga berlangsung tanpa penonton. Selain itu, bonus dari laga Liga Champions juga tak akan sebesar musim sebelumnya karena pertandingan juga berlangsung tanpa penonton.
Karena itu, Chelsea disebut masih akan sangat bergantung pada kekayaan Roman Abramovich. Dia disebut masih harus menggelontorkan dana besar meskipun tak dapat menonton langsung pertandingan di Stadion Stamford Bridge dalam dua tahun terakhir karena permohonan visa-nya belum disetujui oleh pemerintah Inggris.
FORBES| BUSSINES INSIDER