Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Liga Lainnya

Karier Sepak Bola Faiq Bolkiah Tak Secemerlang Kekayaannya

Faiq Bolkiah malang melintang di Inggris untuk mengemban ilmu sepak bola dalam 9 tahun terakhir, tapi dia belum mampu mengangkat prestasi Brunei.

9 Januari 2018 | 11.37 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Faiq Bolkiah. instagram.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sebagai pesepak bola muda, nama Faiq Bolkiah muncul bukan karena kehebatannya mengolah si kulit bundar. Namun namanya muncul karena disebut-sebut media Inggris sebagai pesepak bola terkaya di dunia.

Sebutan itu juga tak sepenuhnya benar karena kekayaan Faiq merupakan milik sang ayah, yang tak lain adalah Jefri Bolkiah, adik Sultan Brunei Darussalam, Hassanal Bolkiah. Jefri disebut memiliki bisnis perhotelan di berbagai belahan dunia dan bisnis lain, seperti perhiasan mewah dan yacht.

Karier Faiq sebagai pesepak bola sendiri tak bisa dibilang cemerlang. Pemuda berusia 19 tahun itu memulai petualangannya menimba ilmu di Inggris sejak sekitar sembilan tahun lalu bersama AFC Newbury. Pada 2009, dia pun hengkang ke Southampton.

Empat tahun bersama Soton, pesepak bola berusia 19 tahun itu lantas hijrah ke Arsenal. Selama semusim di Arsenal, dia sempat bermain dalam ajang Lion City Cup dan mengemas beberapa gol saja.

Pada 2014, Faiq hengkang ke tetangga Arsenal, Chelsea. Dua tahun berselang, dia pun hengkang ke Leicester City, yang baru saja menjuarai Liga Inggris.

Faiq pun bisa dianggap gagal mengangkat nama Brunei Darussalam di kancah sepak bola Internasional. Dipercaya sebagai kapten timnas Brunei sejak 2016, dia total telah berlaga 19 kali bersama skuad Lebah, julukan untuk timnas Brunei.

Dalam tiga ajang yang diikuti Brunei tahun lalu, Faiq bahkan gagal membawa negaranya meraih satu kemenangan pun. Dalam ajang kualifikasi Piala Asia U-23, Brunei tiga kali menelan kekalahan masing-masing dari Australia, Myanmar, dan Singapura. Faiq cs bahkan hanya mampu menciptakan satu gol dan kebobolan sembilan gol saat itu.

Dalam ajang SEA Games, nasib Brunei bahkan semakin memburuk. Tim tersebut menjadi bulan-bulanan Malaysia, Myanmar, Singapura, dan Laos, serta menjadi juru kunci Grup A. Mereka juga hanya mampu menyarangkan satu gol dan kebobolan 11 gol.

Terakhir adalah ketika Brunei mengikuti turnamen Aceh World Solidarity Games 2017 di Banda Aceh. Dalam turnamen itu, Faiq Bolkiah cs dihajar Indonesia dan Kirgizstan dengan skor sama 4-0. Laga terakhir melawan Mongolia pun tak dilaksanakan karena sudah tak berpengaruh terhadap klasemen akhir.

MIRROR| MARCA| AFC| TRANSFERMARKT

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus