Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Bintang sepak bola asal Argentina, Lionel Messi, telah habis masa kontraknya dengan Barcelona pada 30 Juni 2021 kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Melihat ke belakang, perjalanan karier Lionel Messi sebagai pemain sepak bola tidak mudah. Sebelum menjadi bagian dari Barcelona, ia sempat ditolak klub sepak bola karena kelainan medis yang dialaminya.
Lahir pada 24 Juni 1987 di Rosario, Argentina, Messi yang telah bermain bola sejak kecil seolah tidak ada harapan ketika didiagnosis oleh dokter menderita Growth Hormon Deficiency (GHD) di usianya yang ke-11. Kelainan ini menyebabkan pertumbuhan Messi terhambat.
Jika tanpa penanganan yang tepat, Messi hanya mampu tumbuh setinggi 150 sentimeter saja. Namun ia sukses melewati hal itu dan kini memiliki tinggi 169 sentimeter.
Dilansir dari laman resmi Healthline, GHD merupakan kelainan ketika kelenjar pituitari tidak menghasilkan cukup hormon pertumbuhan. Kelainan ini lebih sering terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa.
Kelenjar pituitari adalah kelenjar yang terletak di dasar tengkorak dan mengeluarkan delapan hormon. Beberapa hormon ini mengontrol aktivitas tiroid dan suhu tubuh.
Kelainan GHD terjadi pada sekitar 1 dari 7 ribu kelahiran. Kondisi ini juga merupakan gejala dari beberapa penyakit genetik, termasuk sindrom Prader-Willi.
Kelainan ini menyebabkan kekhawatiran bagi orang tua, karena jika tidak ditangani dengan tepat maka anak tidak dapat memenuhi standar pertumbuhan tinggi dan berat badan. Anak-anak yang didiagnosis lebih awal dapat sembuh dengan sangat baik.
Namun dengan tekad kuat yang dimiliki Lionel Messi dan keluarganya, ia berhasil melewati rintangan itu dan tumbuh menjadi salah satu pemain sepak bola terbaik di dunia saat ini.
WILDA HASANAH (MAGANG)
Sumber: HEALTHLINE.COM
https://www.healthline.com/health/grow