Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Liga Lainnya

Mengenal Rumput Hibrida di Lapangan Sepak Bola Jakarta International Stadium

Rumput hibrida telah diakui sebagai rumput lapangan sepak bola yang layak digunakan oleh FIFA, UEFA, WR, GAA, dan FIH.

23 Januari 2022 | 00.11 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Foto udara lapangan sepak bola di Jakarta International Stadium (JIS), Jakarta, Senin, 28 Desember 2020. Dua lapangan latih JIS itu menggunakan rumput hibrida berstandar internasional yang merupakan gabungan dari rumput sintetis dan alami. TEMPO/Hilman Fathurtahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Lapangan sejak bola Jakarta International Stadium (JIS) resmi memilih rumput hibrida. Pemasangan pertama kali dilakukan pada Minggu, 19 September 2021.

Jenis rumput hibrida dipilih sebab diyakini cocok dengan kondisi iklim pesisir seperti di JIS. 

Selain JIS, sudah banyak klub sepak bola yang menggunakan jenis rumput ini di lapangannya, misalnya, Allianz Arena Stadium markas Bayern Munchen, Wanda Metropolitano Stadium, dan Tottenham Hotspurs Stadium. 

Melansir SIS Pitches, rumput hibrida adalah jenis rumput yang dibuat dari campuran rumput alami dan serat rumput sintetis atau buatan.

Teknik pembuatannya dilakukan dengan dua cara, yaitu dijahit ke serat rumput alami atau meletakkan karpet rumput buatan di atas rumput alami. 

Karpet dipasang pada lapisan zona akar yang dipilih dengan cermat. Lalu, diisi dengan campuran serat rumput alami. Rumput alami tumbuh di antara serat rumput sintetis menciptakan permukaan yang kuat dan rata.

Tekstur 'terbuka' dari
backing memastikan bahwa ruang gerak akar rumput tidak terhalang ke bawah mulai dari hari pemasangan. 

Pemasangan rumput hibrida hars dipastikan kepadatan serat dengan kualitas tinggi untuk meningkatkan kekuatan gesekan di permukaan. Potensi kerusakan pun agar minim.

Risiko cedera pemain juga berkurang karena permukaan yang rata, tidak bergelombang. 

Sebelum dilakukan pemasangan rumput hibrida, pada alas lapangan utama sebaiknya dipasang batu split dan berbagai jenis utilitas lainnya. Pemasangan struktur ini, bertujuan untuk mengatur sistem resapan lapangan.

Bila air hujan masuk ke lapangan, diharapkan akan cepat menyerap sehingga tidak menggenang dan mengganggu pertandingan. 

Dikutip dari Sport Labsmulanya ide pembuatan rumput hibrida ini dikembangkan oleh Desso Grandmaster yang menyuntikkan sistem serat pada 1989 di jala atau backing. Namun, penemuannya itu tidak populer kala itu.

Barulah pada 2003, produsen asal Belanda memodifikasi dengan menambahkan serat tenun yang lebih padat. 
Serat tenun tersebut dari rumput buatan yang lebih ringan.

Teknologi semakin canggih, sistem rumput buatan itu dipadukan dengan rumput alami sehingga menghasilkan rumput jenis hibrida. Rumput hibrida telah diakui sebagai rumput yang layak digunakan oleh FIFA, UEFA, WR, GAA, dan FIH.

Berdasarkan penelitian lapangan yang dilakukan Hatko Sportrumput hibrida terbukti memiliki sejumlah manfaat bagi pemain. Beberapa di antaranya adalah dapat dimainkan di setiap kondisi, mengurangi potensi cedera, dan kekuatan geser kaki pemain menjadi ringan. 

JOBPIE | HARIS SETYAWAN

Baca: Pakai Rumput Hibrida, Jakarta International Stadium Bisa Digunakan 1.000 Jam

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus