Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BRASILIA - Cristiano Ronaldo sudah lama balik kandang. Neymar harus menepi karena tulang punggungnya retak dihajar lawan. Piala Dunia kali ini pun hanya menyisakan Lionel Messi sebagai megabintang di semifinal.
Messi memimpin Argentina mengalahkan Belgia 1-0 kemarin dinihari. Pemain 27 tahun ini memang tidak mencetak gol di Stadion Nacional, Brasilia. Dia juga tidak memberi assist bagi Gonzalo Higuain-yang menjebol gawang memanfaatkan bola liar dari kaki bek Belgia, Jan Vertonghen, pada menit kedelapan. Namun semua menunjuk Messi sebagai motor utama yang mengantar Albiceleste-julukan Argentina yang berarti putih-biru langit-ke semifinal pertama mereka di Piala Dunia dalam 24 tahun.
"Bermain bagus bukan hanya ditandai dari gol," ujar Alejandro Sabella, pelatih Argentina, mengomentari Messi, yang absen dari papan gol dalam dua pertandingan terakhir. "Semua gerakannya merupakan menunjukkan harapan kami."
Menurut mantan pelatih yang membawa Estudiantes jadi juara Amerika Latin 2009 itu, Messi-penyerang yang membela Barcelona di Liga Spanyol-selalu membahayakan pertahanan lawan. "Dia memberi hal yang jauh lebih penting dari gol, yaitu rasa percaya diri kami di lapangan," kata Sabella, 59 tahun.
Menembus babak empat besar berarti mendekatkan Albiceleste ke target mereka: mengulang keberhasilan Diego Maradona cs menjuarai Piala Dunia, yang terjadi di Meksiko, 28 tahun silam. "Kami berhasil mencapai titik yang selama ini gagal kami raih," ujar Higuain. Penyerang Real Madrid itu mengatakan tidak bisa berlama-lama menikmati kesuksesan karena memikirkan dua pertandingan yang menghalangi Argentina dari mimpi terbesar mereka, yaitu trofi Piala Dunia.
Dibanding saat Maradona bertarung di semifinal Piala Dunia 1990 di Italia, Messi cs memiliki keuntungan non-teknis, yaitu suntikan semangat dari suporter. Maklum, Argentina berbatasan darat secara langsung dengan Brasil. Di Stadion Nacional, sekitar 30 ribu fan Albiceleste terus bernyanyi menghalau sorakan warga tuan rumah yang selalu menyokong lawan Argentina.
Pada akhir pertandingan, 23 pemain Argentina saling berangkulan dan menyampaikan terima kasih kepada pendukung mereka di tribun. "Mereka luar biasa karena hadir di setiap pertandingan kami," kata Higuain, 26 tahun.
Bisakah mereka mengalahkan Belanda, Kamis mendatang? Kalau pertanyaan itu ditujukan kepada Marc Wilmots, jawabannya, "tidak". "Argentina merupakan tim kebanyakan," ujar pelatih Belgia itu. "Kami sama sekali tidak melihat sesuatu yang hebat pada mereka."
Dia menilai nama besar Messi membuat wasit gelap mata dan berujung kekalahan timnya. Mantan gelandang tim nasional Belgia itu menghitung Messi tiga kali melanggar pemainnya dan melenggang tanpa peringatan wasit. "Tapi, begitu kami melanggarnya, langsung dapat kartu kuning," kata Wilmots.NY TIMES | WASHINGTON POST | FIFA
Messi di Brasil
Melawan Belanda tanpa Di Maria
BRASILIA - Amunisi Argentina terancam berkurang saat menghadapi Belanda di semifinal, Kamis mendatang. Pemain sayap mereka, Angel di Maria, cedera paha kanan dan diragukan sembuh dalam laga krusial tersebut.
Cedera itu dialami Di Maria saat melawan Belgia, kemarin dinihari. Di Maria, 26 tahun, mengerang kesakitan setelah melepaskan tembakan-yang diblok bek Vincent Kompany-pada menit ke-33. Dia langsung ditarik keluar dan digantikan Enzo Perez.
"Semoga tidak terlalu parah, karena Angel sangat kami butuhkan," ujar Alejandro Sabella. Di Maria merupakan pencetak gol tunggal saat Argentina mengalahkan Swiss pada babak 16 besar, Rabu lalu. Pemain Real Madrid tersebut menjadi pilihan utama Sabella dalam semua laga di Piala Dunia kali ini.
Dengan formasi 4-3-3, Di Maria merupakan motor serangan di lini tengah. Sepanjang pertandingan, pemain ceking itu terus berlari, bahkan saat pertandingan sudah berjalan 120 menit. Setiap pertandingan, dia menempuh jarak jelajah lebih dari 9 kilometer dengan kecepatan berlari mencapai 33 kilometer per jam-di atas Arjen Robben dari Belanda, dengan 31,6 kilometer per jam.
"Dia merupakan pemain kunci di strategi kami," kata Gonzalo Higuain, penyerang yang mencetak gol tunggal di gawang Belgia. "Kami cuma bisa berharap dia cepat sembuh dan bisa kembali berlaga bersama kami."FOX SPORT | FIFA | REZA MAULANA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo