Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Liga Indonesia

Suporter Indonesia, Keberagaman, dan Bhineka Tunggal Ika

Rivalitas di antara suporter di Indonesia yang tidak anarkis terus diupayakan, meski tidak mudah, termasuk di laga Arema FC vs Persebaya sore ini.

15 Agustus 2019 | 14.03 WIB

Suporter Arema FC, Aremania. (liga-indonesia.id)
Perbesar
Suporter Arema FC, Aremania. (liga-indonesia.id)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang perayaan peringatan hari ulang tahun Republik Indonesia yang ke-74 (HUT RI ke-74) pada Sabtu mendatang, 17 Agustus 2019, semboyan Bhineka Tunggal Ika diuji dalam pertandingan Arema FC menjamu Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, sore ini, Kamis 15 Agustus 2019,  dalam kompetisi Liga 1. Suporter Aremania dan Bonek, yang punya sejarah panjang dalam bersaing itu, pada dasarnya mendukung satu tim nasional, Indonesia.   

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Berbeda-beda suku tapi satu bangsa Indonesia. Keberagaman dalam persatuan. Persoalan menghomati keberahaman yang dialami suporter kita sekarang bisa menjadi satu topik menarik dalam liputan khusus HUT RI ke-74.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam pertandingan Arema FC melawan Persebaya sore ini Bhineka Tunggal Ika itu diuji karena adu gengsi dari dua kelompok suporter terkemuka di persepakbolaan Indonesia, yaitu Aremania, pendukung Arema FC, dan Bonek, suporter Indonesia.

Adu gengsi itu juga terjadi di komunitas suporter terkemuka lain di Indonesia. Misalnya, jika Persija Jakarta bertemu dengan Persib Bandung. Ada The Jakmania dan Bobotoh, yang di dalamnya ada Viking dan kelompok bobotoh lainnya.  

Bagaimana menerapkan semboyan Bhineka Tunggal Ika ke dalam perkembangan dinamika kelompok-kelompok suporter sepak bola di Indonesia masih menjadi persoalan yang cukup sulit sampai sekarang.

Bagaimanapun ini adalah “hanya” sepak bola.  Pelatih Persib Bandung, Robert Rene Alberts, pernah mengingatkan hal itu berkaitan dengan konflik yang terjadi antara Bobotoh dengan kelompok suporter lain, terutama sejarah adu gengsi mereka dengan The Jakmania.

Tapi, buat sebagian suporter sepak bola di tanah air ini, maknanya tidak sesimpel yang diingatkan Robert Rene Alberts tersebut. Buat mereka, suporter  Aremania, Bonek, The Jakmania, Brigata Curva Sud, LA Mania, dan lainnya adalah sebuah identitas kultur tertentu.

Dan, yang sangat penting diingatkan, itu bukan cuma ada di Indonesia. Bahkan, kemungkinan daya tarik dan problematika suporter sepak bola internasional itu yang kemudian diserap oleh mereka para pentolan-pentolan suporter di tanah air ini.

Buku lama berjudul How Soccer Explains The World yang ditulis oleh Franklin Foer, editor The New Republic pada masa lampau, berdasarkan perjalanannya mengunjungi komunitas-komunitas suporter di dunia menjelaskan hal itu.  

Soccer is much more than a game,” tulisnya berdasarkan kesimpulan dari tur panjangnya ke seanteo dunia.

Karena itu, keinginan untuk meningkatkan suasana-suasana yang lebih kondusif di antara begitu banyak kelompok suporter sepak bola Indonesia –seperti pesan Robert Rene Alberts bahwa ini hanya pemainan sepak bola yang menyenangkan- memang tidak sesimpel yang dibayangkan.

Dan, ini buka cuma problem di Indonesia. Di Liga Primer Inggris sebagai primadona, rivalitas suporternya memang berlangsung menyenangkan. Tapi, kawasan Amerika Latin, seperti Brasil dan Argentina, pertikaian antarsuportenya bisa lebih “gila” dibandingkan di Indonesia. Hal itu berlangsung sampai sekarang.

Jadi, seperti memaknai kembali atau merevitalisasi semboyan bhineka tunggal ika dalam kehidupan bernegara di Indonesia, tak ada cara lain kecuali usaha yang terus-menerus dan tanpa lelah untuk menciptakan kondisi rivalitas antarsuporter  

Beberapa pekan terakhir itu usaha seperti itu menghasilkan suasana pertandingan antara Persija Jakarta dan Persib Bandung di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, yang menyenangkan dan menghibur sebagaimana kalau kita menonton Liverpool versus Manchester United atau Barcelona kontra Real Madrid.

The Jakmania menciptakan suasana yang kondusif di Stadion GBK bagi pemain Persib yang bisa bertanding secara maksimal, apapun hasil akhirnya. Meski, memang impian untuk melihat The Jakmania berdampingan dengan Bobotoh dalam satu stadion belum terwujud.

Bobotoh masih dilarang datang ke Jakarta. Begitu juga sebaliknya Jakmania ke Bandung. Ini langkah yang bijak dari kedua kubu panitia tuan rumah klub dan PSSI.

Semua itu butuh proses. Idealnya tak cuma Aremania dan Jakmania yang bisa bersanding dalam satu stadion dan membuat Milomir Seslija, pelatih asal Bosnia yang kini menangani Arema FC, terharu pekan lalu ketika bermain di GBK, tapi juga kelompok-kelompok lainnya.

Tapi, untuk sementara, melarang kelompok suporter tamu -yang punya sejarah konflik dengan tuan rumah- datang dan membina suporter tuan rumah agar bisa bertindak simpatik kepada tim lawan sudah hal yang bagus.

Dan, itulah yang dilakukan panitia pelaksaa pertandingan Arema FC vs Persebaya di Kanjuruhan sore ini. Ketua Panpel Arema FC, Abdul Haris, meminta Aremania tidak membawa benda-benda yang dilarang masuk ke stadion.

Sanksi yang diterapkan PSSI selama cukup efektif membuat para panpel untuk melakukan tindakan-tindakan preventif, termasuk mencegah melontarkan teriakan yang berisi makian atau kata-kata kotor kepada tim lawan. Tindakan-tindakan yang berbau rasis itu sudah tak ada ketika Persija menjamu Persib di GBK beberapa pekan lalu.

Hal itu juga yang diharapkan Abdul Haris terwujud di Stadion Kanjuruhan,  Malang, sore ini. Sebagaimana larangan Bobotoh untuk datang ke Jakarta beberapa pekan lalu, Haris dan kawan-kawan –dengan dukungan aparat- juga melawan Bonek untuk datang ke Malang. Sistem keamanan juga ditingkatkan menjelang Derby Jatim sore ini.

Keberagaman suporter sepak bola itu merupakan keniscayaan dan menjadi hakikat dari kompetisi sepak bola, yaitu dinamika persaingan.

Yang perlu ditingkatkan terus-menerus oleh pengelola liga, klub, dan PSSI adalah meningkatkan kedewasaan dan rasa sportivitas kepada lawan.

Jalan ke arah itu tak selalu mulus dan jatuh bangun. Karena itu, apapun bisa terjadi dari laga Arema FC vs Persebaya sore ini, dari yang paling positif sampai yang paling negatif.

Hanya kecintaan kepada sepak bola di tanah air dan impian tim nasional kelak bisa tampil di Piala Dunia yang bisa membuat orang tanpa lelah menciptakan keberagaman supoter yang dalam kondisi yang lebih baik, seperti saat Persija vs Persib atau Persija vs Arema FC di GBK   

Aremania, Bonek, The Jakamania, Bobotoh, dan sederet kelompok-suporter di Indonesia ini bisa merepresentasikan bermacam-macam suku bangsa di negara ini. Untuk menjadi mereka semakin meresapi moto Bhineka Tunggal Ika perlu ada stimulan, yaitu liga dan kepengurusan PSSI yang semakin profesional agar ada yang bisa dibanggakan, baik itu klub maupun tim nasional, ketika tampil di ajang internasional.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus