"KETIKA kami dalam kemelut dulu, kami punya rencana bunuh diri
bertiga. Kamar sudah kami siram dengan bensin. Saya sudah siap
dengan pistol dames. Tapi Arie tiba-tiba berkata: "Jangan mama,
kita tidak boleh mati. Saya tidak mau mati, saya belum bisa
membalas kebaikan mama. Arie belum membahagiakan mama." Ini
cerita Suzanna, aktris termahal untuk Indonesia, kepada wartawan
Benta Buana dalam perjalanan di mobil. Waktu itu mereka dari RS
Pertamina ke rumah, setelah usaha untuk menolong nyawa Arie
Adrianus Suprapto tidak berhasil.
Arie, selesai dari SMP Pangudi Luhur, enggan melanjutkan
sekolah. Bukan berarti menganggur total. Dia gemar kerja
bengkel. Motornya Yamaha selalu di tanganinya sendiri. Juga
mengisi acara 'Arena Remaja' di Radio Amigos. Bisa mencapai
semester ke-V untuk kursus musik di LPKJ, dan ibunya bahkan
berniat mengirimnya ke Amsterdam, Belanda, untuk belajar lebih
dalam tentang musik.
Kamis 8 September malam, Arie pergi ke rumah temannya wanita,
Wiwiek. Kepada Wiwiek Arie memberikan sajaknya: "Seorang pemabuk
berjalan dengan langkah gontai/Ia sedang dilanda duka/Tiada kata
tiada sapa/Ia mati tak tersangka." Sekitar jam 01.30 malam yang
sama, di depan rumahnya, Arie dikeroyok - orang pemuda. Teman
Arie bisa selamat, tapi Arie ketusuk dari lambung hingga
tenggorokan. Jam 0.04 pagi, dia meninggal.
Arie banyak teman. Bergaul tanpa pandang kelas (bahkan tukang
parkir, tukang rokok, turut melawatnya). Di rumahnya ada
lapangan badminton, dan lapangan ini selalu ramai oleh
teman-teman Arie.
"Dia sakit hati kepada papanya," lanjut Suzanna. "Papanya sering
datang menengok, tapi selalu berakhir dengan: 'Papa pulang
disikyo,' dan inilah kalimat yang dibencinya." Keluarga Suzanna
memang goyah ketika Dicky Suprapto (pacar Suzanna ketika remaja
dan bertempat tinggal berdekatan di Magelang) tidak kembali lagi
ke rumah mereka. Dicky, waktu itu 33 tahun, bertemu dengan
Rahmawati Sukarno, waktu itu janda 24 tahun,di suatu klab malam.
Kabarnya mereka terus saling jatuh cinta. Dicky kontan
meninggalkan isterinya Suzanna dan kedua anaknya Arie dan Kiky.
Dicky dan Rahmawati hidup bersama di rumah Rahmawati selama 4
bulan. Kemudian menikah secara Islam: seorang penghulu datang ke
rumah Rahmawati di suatu sore jam 5, tanggal 27 Pebruari 1975.
Dicky belum cerai secara resmi dengan Suzanna waktu itu. Kepada
pers pernah terlontar ucapan Dicky: "Saya tidak pernah menikah
sah dengan dia," maksudnya Suzanna. Dua keluarga Indo (Suzanna
dan Dicky) dari Magelang ini dibesarkan dalam ajaran Katolik.
Mereka juga menikah secara Katolik -- tidak mungkin cerai.
Terutama Arie terpukul sekali. Sebentar dia jadi morfinis.
Kemudian membentuk gang bernama 'Ereran,' yang untuk daerah
Kebayoran terkenal sebagai tukang-tukang ngebut. Sesekali
terlibat perkelahian, tanpa menggunakan senjata. "Bulan-bulan
terakhir dia manis sekali," demikian sang ibu. "Malah sering
keluar alemamlya." Juga sebelum jam 11.00 di malam yang naas
itu: dia baru menstarter Yamahanya setelall jauh dari rumah. Ini
bukan kebiasaannya. Ketika teman-temannya bertanya, Arie
berkata: "Ah, nggak enak aja ama enyak." Dan secara bergurau:
"Gua mau ngeledek polisi nih. Abis kacamata gua diambil." Arie,
langsing dan berambut gondrong manis, memang mengenakan
kacamata.
Malam itu, ketika seorang pastor sembahyang terakhir kalinya,
Arie terbaring dalam peti dengan dua buket anggrek. Mengenakan
celana putih, hem putih dan sepatu karet putih. Di dadanya
diletakkan sebuah kitab suci dan tangannya menggenggam seuntai
rosario merah muda. Keesokan harinya, Arie dikuburkan di Bogor
di pekuburan Batu Tulis.
Banyak rekan-rekan artis melawat. Antara lain produser Turino
Junaedi, Kris Pattikawa dan isterinya Rina Hasyim, Tina Melinda,
Roy Marten alias Salam, Titiek Puspa yang berbusana kebaya renda
siklam dengan bunga di kedua kuping. Dicky Suprapto yang tampak
dalam posisi serba-salah dan bingung, turut mengantar Arie ke
Bogor bersama Rahmawati yang tampak subur. Suzanna, dalam
kesedihan yang parah, kelihatan mengendalikan diri.
Rencananya, sebenarnya tanggal 10 bulan ini dia teken kontrak
film lagi. "Hasil film itu," demikian Suzanna, "untuk
menyenangkan kedua anak saya." Setelah Dicky lari pada
Rahmawati, Suzanna memang boleh dikata hilang dari peredaran
dunia film. Dia lebih senang di rumahnya yang kokoh dan besar
itu, beryoga sampai 5 atau 6 kali sehari, mengayuh sepeda
pagi-pagi sekali atau pergi ke tempat kakak perempuannya di
Bogor.
Di tahun 1971 Suzanna adalah aktris pertama yang mendapat honor
paling tinggi. Waktu itu dia mendapat 1 juta rupiah untuk film
Bernafas Dalam Lumpur. "Mama, benarkah Oom Farouk menempeleng
mama?" tanya Arie yang waktu itu masih 10 tahun. "Benar. Cuma
main-main," jawab sang ibu. "Dan mama buka baju?" "Benar,
seperti yang Arie lihat sekarang," ujar Suzanna, tentang anaknya
yang masih di bawah umur tapi mendengar segala macam reaksi
penonton BDL. Dan kata Suzanna lagi: "Saya paling tidak bisa
berbohong terhadap anak." Arie sekarang, 17 tahun, telah tiada.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini