NAMA yang mirip, profesi yang sama, sering membuat bingung banyak orang. Contohnya: Srihadi Sudarsono dan Sri Hadhy - keduanya pelukis. Pernah seorang kolektor bermaksud membeli lukisan Srihadi, tetapi yang dibawanya pulang karya Sri Hadhy. Buku Ensiklopedi Indonesia, yang menulis mengenai Srihadi, memasang foto Sri Hadhy. "Sccara pribadi, saya tak mengenal Sri Hadhy. Bertemu pun belum," kata Srihadi, dosen ITB dan Institut Kescnian Jakarta. Srihadi, 53, yang berdomisili di Bandung, tampak tenang saja dengan beberapa "kekeliruan" itu. Yang jengkel justru istrinya, Farida. Soalnya, menurut Farida, Sri Hadhy sengaja menguntit ketenaran suaminya. Bahkan tanda tangan di lukisan Sri Hadhy sengaja dibuat sedemikian rupa sehingga mirip tanda tangan Snhadi. Selain itu, Sri Hadhy, kata Farida, selalu menguntit ke mana saja suaminya pameran, dan anehnya berhasil. Bahkan dalam katalogus pameran Sri Hadhy di TIM, Mei lalu, tercantum kota kelahiran Sri Hadhy di Solo yang sesungguhnya kota kelahiran Srihadi. Ny. Farida, waktu itu, sempat menyindir Sri Hadhy, "Kota kelahiran Sri Hadhy sekarang, kok di Solo, ya?" Menurut Farida, Sri Hadhy, yang lahir di Purwodadi, merah mukanya mendengar omongan itu. Tapi, benarkah ada "penipuan"? Sri Hadhy, 41, yang meresmikan galerinya di Gondangdia Kecil, Jakarta, November lalu mengaku tak tahu-menahu bahwa kemiripan nama mereka punya buntut lain. "Itu risiko masing-masing," kata Sri Hadhy, yang kini berdomisili di Amsterdam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini