"ASSALAMUALAIKUM," sapa Madame Zhu Lin ketika memasuki sebuah kelas Taman Kanak-kanak Al Azhar di Kebayoran Baru, Jakarta, Selasa pekan lalu. Istri Perdana Menteri Li Peng ini mulanya dituntun Nyonya Junisa Ali Alatas mengucapkan salam itu. Namun Zhu Lin segera menghafalnya dan kemudian mengucapkannya berkali-kali ketika memasuki kelas-kelas lainnya. Mengapa Al Azhar? "Beliau yang mau ke sekolah Islam, ya, kita harus senang," ujar K.H. Hasan Basri Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia yang juga pimpinan perguruan Al Azhar. Madame Zhu Lin memang terkesan. Tiap kali masuk kelas TK ada saja hadiah untuknya. Ada gambar bunga warna-warni, rumah dari kertas lipat, dan juga ciuman bertubi-tubi. Empat bocah mungil bermata sipit memberinya kalungan bunga. "Mereka keturunan Tionghoa, tapi muslim," ujar Ibu Rochimah, Kepala Sekolah TK, menunjuk empat bocah tadi. Nyonya Li Peng -- sebutan ini sesungguhnya tak lazim di Cina -- yang pagi itu memakai blazer putih hitam bergaris dan blus sutera cokelat muda, juga ikut bersenandung ketika anak-anak mungil itu menyanyikan Ampar-Ampar Pisang dan Balonku Ada Lima. Dari TK, istri orang pertama Cina yang punya tiga anak ini meninjau kelas SMP. "Assalamualaikum" digantinya dengan "Hallo, how are you ". Senyum yang selalu mengembang di wajahnya tak berkurang. "Saya senang sekali berada di tengah kalian yang bersih dan necis," ujarnya dalam bahasa Cina lewat penerjemah. Dan cium pipi dari murid-murid itu atau dari Zhu Lin pada si murid tetap berlangsung spontan. Sebagai hadiah atas sun dan kekagumannya tadi, Zhu Lin menghadiahkan lukisan Tembok Cina dari beludru hitam pada pengurus Yayasan Al Azhar. "Saya memang baru pertama kali berkunjung ke sekolah muslim," kata Zhu Lin kepada Linda Djalil dari TEMPO, sembari mengunyah kue sus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini