HUJAN emas di negeri orang, hujan mafia di negeri sendiri, Salvatore Schillaci tetap pilih Palermo. Top scorer Piala Dunia 1990 ini memang berasal dan kota di Sisilia, yang merupakan sarang para mafla itu. Di sanalah penyerang tengah klub Juventus, Turin, itu kini berlibur. "Memang saya mendapatkan segalanya di Turin, tapi tidak teman-teman yang ramah dan pantai yang indah seperti Palermo. Saya cinta Palermo," ujar Toto, panggilan akrabnya. Ia ditemani istrinya yang cantik, Rita, dan dua anak yang lucu, Jessica dan Mattia. Kawasan di bagian selatan Italia ini memang banyak masalah. "Kekerasan, perumahan yang padat, dan lapangan kerja yang seret," ujar Schillaci. Tapi, walau Turin bagaikan emas, Toto mengaku tak kerasan. "Begitu saya berhenti di Juventus, saya tetap akan kembali ke Palermo," kata pemain yang ditransfer Juventus dengan 3,5 juta poundsterling dari klub Messina ini. Namun, ia tetap setia pada Juve, klub yang membuatnya "beken". Toto merasa hokinya ada di Turin, tempat ia disanjung-sanjung dan dilupakan sebagai orang Sisilia -- yang biasanya dipandang dengan curiga. Bahkan Presiden Francesco Cossiga, ketika menerima tim Italia seusai Piala Dunia, sempat punya perhatian khusus pada Toto. Cossiga terkesan pada mata Toto yang melotot kalau sehabis mencetak gol. "Saya tak tahu kenapa mata saya kelihatan seperti itu di koran atau televisi. Tapi itu tak apa, Mister Presiden. Mata saya akan normal begitu pertandingan usai," ujarnya pada Cossiga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini