LUCU, buku begitu tipis kok bisa mendapatkan berbagai hadiah,"
kata Marianne Katoppo. Cewek yang plas-plas-plas itu sedang
berbicara tentang sebuah novelnya, Raumanen, yang baru-baru ini
dinyatakan memenangkan SEA Write, hadiah sastra untuk sastrawan
Asia Tenggara yang panitia pusatnya di Bangkok.
Pertama kali novel tersebut memenangkan sayembara penulisan
novel Dewan Kesenian Jakarta, 1975. Buku itu lantas diterbitkan
PT Gaya Favorit Press, 1977, dan langsung memenangkan hadiah
Yayasan Buku Utama. Herannya, novel yang dicetak 10 ribu
eksemplar itu "sampai sekarang belum habis terjual," tutur
Marianne sembari tertawa.
Maka ia tanya sana-sini, apakah sebaiknya diterima atau tolak
hadiah itu. Dari pemenang hadiah yang sama untuk tahun lalu,
Goenawan Mohamad, malahan ia balik ditanya: untuk apa menolak?
Akhirnya Sekretaris Yayasan Obor ini dengan iklas menerima
kehormatan itu. "Lagi pula ketua jurinya 'kan Toety Noerhadi,
ini pasti serius." Dr. Toety Noerhadi dosen filsafat di Fak.
Sastra UI.
Berkacamata cukup tebal, gadis kelahiran Tomohon 39 tahun lalu
itu masih sendiri. "Nanti, kalau saya sudah 60 dan kawin dengan
pemuda 18 tahun, pasti ramai," guraunya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini