MALAM Lebaran bulan lalu, si buaya keroncong Kusbini rupanya
mencapai titik jenuh -- mendengar berita perang dari radio
maupun televisi. "Perang, perang, itu melulu isi berita ini,"
katanya. Tapi tiba-tiba, menjelang tidur malam itu, ia menyadari
keadaan dirinya yang bisa "tidur nyenyak makan enak," karena
tiada perang. Ia pun mengucap syukur. Yah, pukul 12 tengah malam
itulah pencipta lagu Bagimu Negeri tersebut tergugah untuk
menciptakan satu lagu perdamaian -- untuk "dipersembahkan kepada
dunia" -- dari rumahnya di Yogyakarta.
Alhamdulillah, penanya berjalan lancar. Syair yang pertama
diselesaikannya, lantas notasi dibuatnya. Paginya, ia
mengaransemen ciptaan barunya itu untuk suara tunggal dan untuk
paduan suara. Lagu itu, ceritanya, berirama lambat, agung penuh
kebesaran, bersifat keagamaan. "Mungkin cocok dinyanyikan di
gereja," kata Kusbini yang memang Katolik.
Ia serahkan lagu itu kepada sahabatnya, M. Wonohito, Pemimpin
Umum Harian Kedaulatan Rakyat, yang berjanji akan meneruskannya
ke PBB. Kusbini, kini 73 tahun dengan 11 anak dan 4 cucu juga
mengirimkan kopinya ke Direktorat Kesenian Dep. P&K, ke RRI
Yogyakarta, dan ke Pater Dick Hartoko, pimpinan majalah Basis,
Yogyakarta, untuk diteruskan kepada Sri Paus di Vatikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini