Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Menerima bintang mahaputra

Eddy sabara (bekas gubernur sul-teng), menerima bintang mahaputra dari pemerintah atas jasa-jasanya pada bangsa dan negara. (pt)

21 Agustus 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEDIANYA, 10 Agustus, Ali Alatas, Sekretaris Wakil Presiden, bertolak ke posnya yang baru di New York. Walau sudah berpamitan kepada Presiden, niamya harus ditangguhkan sampai tanggal 15 Agustus. Dubes untuk PBB (menggantikan Abdullah Kamil) ini harus lebih dulu menerima bintang Mahaputra Utama di Istana Negara, Sabtu lalu, bersama 13 pejabat lain. Diplomat karir yang sudah menghabiskan 15 buku paspor dinas itu, mencuat namanya ketika menjabat Dubes RI di Jenewa, dan selama di sana Alex, demikian ia dipanggil, tampil sebagai jurubicara Kelompok 77 UNCTAD. Para penerima penghargaan tertinggi itu, oleh Presiden Soeharto, dinyatakan mempunyai jasa yang luar biasa dan setia kepada negara dan bangsa. Bahkan mereka pantas dicontoh oleh setiap rga negara. Menduduki nomor urut pertama yang mendapat anugerah bintang Mahaputra Utama itu adalah Dr. Haryono Suyono, Deputi Bidang Keluarga Berencana BKKBN, yang memang populer di antara para peserta KB di berbagai daerah. Dia juga dikenal sebagai pencetus gagasan KB terpadu: menggabungkan program KB dengan kegiatan sosial yang lain, seperti PKK, arisan, kerajinan rakyat dan pertanian. Departemen Dalam Negeri kali ini boleh bangga. Tiga pejabatnya menerima anugerah itu. Masing-masing adalah: bekas Gubernur Sulawesi Tenggara, Eddy Sabara, kini Irjen Depdagri, Sekjen Depdagri R. Soeprapto yang banyak mengurusi pelaksanaan dua pemilu, dan Gubernur Ja-Teng Supardjo Rustam, yang bercita-cita membuat daerahnya sebagai "benteng Pancasila". Beberapa tahun lalu, ia berhasil membuat Ja-Teng menjadi daerah yang paling jempolan, dan meraih penghargaan Sam Karya Nugraha. Dari Hankam tampil tiga orang: Jenderal Widjojo Sujono, kini Kas Kopkamtib, Letjen Kharis Suhud, Kaskar Hankam, dan Letjen B.L. Moerdani. Widjojo ketika menjabat Pangkowilhan II dikenal karena memimpin operasi Sapujagat, Kharis Suhud antara lain punya andil besar dalam menyusun konsep dan pelaksanaan dwifungsi, terutama di bidang kekaryaan ABRI. Sedang Benny Moerdani boleh dibilang 'banyak jejak': mulai dari upaya rujuk dengan Malaysia pada 1966, urusan Timor Timur, Operasi Woyla, pengadaan peralatan modern Hankam dan lain-lain. Dia adalah penyandang sederet bintang, termasuk Bintang Gerilya. Dari Sekneg tampil nama Moerdiono, Sekretaris Kabinet Pejabat tinggi yang tergolong muda itu, masih saja tak suka menonjolkan dirinya. "Pantas tidaknya saya menerima bintang ini terserah penilaian kalian," jawab Moerdiono ketika ditanya pers. "Juga penerima bintang yang lain". Pembantu dekat Presiden yang juga menerima anugerah Mahaputra Utama adalah Sesdalopbang Solihin G P. Sekretaris Militer Presiden Marsda Kardono, dan tak lupa Kepala Rumah Tangga Kepresidenan Sampurno. Ketua BP7 Hari Suharto, yang tugas utamanya adalah menyebarluaskan P4, juga kehagian. Begitu pula orang No. 2 di Bulog, Sukriya Atmaja. Sedang dari Departemen Pertanian adalah Wardoyo, Direktur Jenderal Pertanian Tanaman Pangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus