Mengurus Heli Tua

BAHWA Solichin GP punya helikopter pribadi mungkin bukan kabar baru. Pesawat tua dari Pindad Bandung itu dibelinya tak lama sehabis ia selesai menjabat Gubernur Jawa Barat. Kini jenderal berbintang tiga itu menjabat Sekretaris Pengendalian Operasionil Pembangunan (Sekdalopbang). Biasa mondar-mandir Jakarta-Bandung dengan helinya itu di hari libur. "Punya helikopter lebih enak dari punya mobil," katanya. "Kita nggak bayar SWP3D dan juga pajak lainnya." Kenapa? "Karena peraturannya belum ada." Bagaimana ia mengurus heli tua ini, ada cerita menarik. Untuk memenuhi syarat layak terbang, ada waktunya pesawat harus diuji. "Semua onderdil tua saya ganti dengan yang baru, pinjaman dari pesawat lain," Mang Ihin buka rahasia. "Dan kalau sudah lulus, dicopot lagilah onderdil itu." Pernah terjadi dalam penerbangan ke Bandung, alat pengukur kecepatannya copot. Tapi karena baling-baling masih berputar, Mang Ihin tak menganggap soalnya serius -- juga bila berpapasan dengan kabut, sementara penghapus kaca tak ada. "Pesawat saya terbangkan miring, sampai air yang menutupi kaca turun ditiup angin," katanya. Sejauh ini ridak ada orang berani bonceng helinya itu. Juga para wartawan, yang cuma tertegun kalau diajak naik oleh Mang Ihin. Sampai ada yang nyeletuk "Kalau Mang Ihin 'kan bisa masuk taman pahlawan. Kalau kita? Dimakamkan di Karet saja masih digusur..."