Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Mikael Jasin asal Jakarta menjadi juara World Barista Championship 2024 di Busan, Korea Selatan.
Dia menjadi juara dunia setelah tiga kali mengikuti turnamen antarnegara tersebut.
Di Busan, Mikael Jasin sejenak meninggalkan kopi Indonesia dan memilih kopi asal Kolombia dan Panama.
BAGI Mikael Jasin, 15 menit pada Sabtu, 4 Mei lalu, bisa menjadi seperempat jam paling krusial dalam hidupnya. Dalam kurun waktu sesingkat itu, dia meracik tiga sajian kopi untuk empat juri World Barista Championship (WBC) 2024 di Busan, Korea Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cangkir pertama yang disajikan Mikael adalah espreso hasil ekstraksi kopi arabika asal Panama. "Kopi kan ada penilaiannya. Jenis ini selalu dapat nilai tinggi. Jadi saya ingin memaksimalkan poin itu," kata Mikael kepada Tempo, Ahad, 12 Mei 2024. Espreso dari biji kopi asal Panama tersebut memunculkan karakter aroma jeruk dan meninggalkan sisa rasa yang bersih di mulut. "Flavour-nya kayak yasmin dan jeruk."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada penyajian selanjutnya, kopi susu, Mikael menggunakan biji kopi asal Kolombia. Sementara sebelumnya dia menyeduh dengan rasio 2,5 : 1, kini espresonya dia buat lebih kental dengan 3 : 1.
Untuk kopi susu ini, Mikel tidak sekadar mencampurkan espreso dan susu. Ia mengkombinasikan susu sapi, susu kacang, dan susu gandum. "Kalau pakai susu sapi saja, terlalu manis. Kalau kacang saja, terlalu medok," ujarnya. Susu sapi dan kacang dia bawa dari Indonesia. Begitu juga pada sajian ketiga, Mikael mencampurkan cokelat lokal dengan biji kopi Kolombia. Walhasil, dia meraih nilai total 591 dari nilai maksimal 664.
Mikael Jasin (tengah) saat menjuarai World Barista Championship 2024 di Busan, Korea Selatan, 4 Mei 2024. worldbaristachampionship.org
Kemenangan ini menjadikan Mikael, 34 tahun, orang Indonesia pertama yang menjadi barista juara dunia. Dia menyingkirkan 52 finalis dari 50 negara.
Dalam hitungan hari, nama beserta fotonya tersebar di media dan lini masa banyak orang di Tanah Air. Berlangsung sejak 2000, World Barista Championship merupakan kompetisi tahunan yang mempertemukan para juara peracik kopi tingkat nasional yang digelar Specialty Coffee Association (SCA). Juaranya mendapat gelar World Barista Champion alias barista terbaik dunia.
Namun tidak banyak orang yang mengetahui perjuangan panjang Mikael mencapai puncak prestasi tersebut. Kompetisi di Busan itu merupakan keikutsertaannya yang ketiga kali dalam World Barista Championship.
Pada 2021, Mikael berlaga dalam kejuaraan yang sama di Milan, Italia. Langkahnya terhenti di semifinal dan dia harus puas berada di posisi ketujuh. Peringkat itu terhitung memburuk. Sebab, saat pertama kali Mikael bertanding dalam World Barista Championship di Boston, Amerika Serikat, dia bercokol di posisi keempat.
Menurut Mikael, tidak ada aturan khusus soal jenis biji dan bahan yang digunakan dalam kejuaraan tersebut—sepanjang tidak dicampur dengan alkohol atau bahan kimia terlarang. Selain teknik meracik kopi, poin krusial dalam World Barista Championship adalah cara mempresentasikan racikan kopi kepada juri. "Termasuk penyampaian cerita di balik secangkir kopi yang dibuat," ucapnya.
Mikael Jasin (tengah) saat mengikuti World Barista Championship 2024 di Busan, Korea Selatan, 4 Mei 2024. worldbaristachampionship.org/Youtube
Berbeda dari dua kompetisi sebelumnya, Mikael tidak lagi membawa biji kopi lokal. "Karena gol tahun ini adalah bagaimana kami memperkenalkan barista Indonesia," ujar pria yang menjadi peracik kopi saat kuliah di University of Melbourne, Australia, pada 2011 itu.
Menurut dia, barista masih kerap dianggap sebagai pekerjaan remeh. Karena itu, bagi Mikael, kemenangan Indonesia dalam kejuaraan dunia ini sekaligus merupakan seruan untuk para peracik agar tidak cepat berpuas diri setelah bisa menyeduh kopi enak. Ia mengajak rekan-rekannya terus meningkatkan kapasitas dan kapabilitas. "Jangan puas sekadar jadi barista. Kalau bisa, jadi head barista, bahkan punya kafe sendiri," kata pendiri So So Good Coffee Company ini.
Mikael mengatakan sempat hendak kembali mengusung kopi lokal di Busan. Namun, setelah berulang kali percobaan dan penilaian internal, dia memutuskan memakai kopi asal Finca El Diviso di Hulla, Kolombia, dan kopi dari Volcan, Panama, dengan pertimbangan kualitas yang lebih tinggi.
Bukannya tak cinta, menurut Mikael, ada banyak wadah untuk mengenalkan kopi Indonesia ke kancah internasional. Contohnya Cup of Excellence, kejuaraan tahunan yang mempertandingkan kualitas biji kopi yang digelar Alliance for Coffee Excellence.
Kemenangan dalam World Barista Championship menjadi penutup keikutsertaan Mikael dalam turnamen peracik kopi. Dia ingin berfokus memperkenalkan specialty coffee Indonesia dan memberikan ruang bagi rekan-rekan baristanya berkembang. Sejatinya, jalan ini dia lakoni lewat So So Good Coffee Company dan Catur Coffee Company. Kedua perusahaan tersebut mencita-citakan kemajuan industri kopi Indonesia lewat pelatihan barista, konsultasi resep, hingga penjualan kopi dan peralatannya.
Berhenti dari kompetisi barista bukan berarti cinta Mikael Jasin pada kopi luntur. Dia tak pernah berhenti mencintai kopi jauh sejak bekerja paruh waktu di sebuah kedai saat kuliah psikologi di Melbourne pada 2011. Berawal dari barista, lalu kepala barista, coffee quality & marketing manager, hingga kini memiliki kedai kopi sendiri, yakni Omakafé di BSD, Tangerang Selatan, Banten. Ia optimistis bisnis kopi akan terus berkembang seiring dengan perkembangan tren di tiap masa.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo