U SIA senja tak membuat Mochtar Lubis, 80 tahun, rapuh semangat. Apalagi kalau urusannya menyangkut kerja wartawan dalam memberantas korupsi. Maklum, semasa menjadi "pilot" di harian Indonesia Raya, ia dikenal getol membongkar kasus korupsi. Saking keras sikapnya, Mochtar digelari "si Kepala Granit".
"Wartawan sekarang harus lebih berani lagi," katanya lirih seusai hajatan "80 Tahun Mochtar Lubis" di aula Perpustakaan Nasional, Jakarta, pekan lalu. Acara sederhana itu dihadiri kawan-kawan seiringnya dulu, antara lain Atmakusumah, Taufiq Ismail, Rosihan Anwar, dan Ramadhan K.H. Mereka ramai-ramai berorasi tentang jati diri Mochtar yang sempat dikenal, baik sebagai wartawan maupun budayawan.
Dalam kesempatan itu, terbongkar "rahasia" Mochtar yang jarang diketahui orang. Suami almarhumah Hally ini ogah dipanggil Kakek oleh kedelapan cucunya. Ia memilih dipanggil Bapak. Kebiasaan itu diambil "karena dia tak ingin merasa tua," ujar Mira Marissa, mewakili para cucu. Mendengar rahasianya dibongkar, Mochtar—yang rambutnya sudah memutih dan jalannya tertatih-tatih—hanya bisa tersenyum mengiyakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini